JAMBI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID-Jika anda ingin melihat pohon Teh berusia sekitar satu abad, datang saja ke PTPN VI Kebun Kayu Aro, Kerinci.
Di kebun Teh milik perusahaan pemerintah ini masih banyak seedling atau pohon teh bawaan yang ditanam penjajah Belanda pertama kali sejak tahun 1923 itu.
“Masih ada, saat ini masih ada pohon Teh yang ditanam Belanda dulu. Kami masih merawatnya dengan baik, luas tanamannya mencapai ratusan hektar,”kata Manager PTPN VI Kebun Kayu Aro, Farhan didampingi Assisten Personalia Kebun Kayu Aro, M Firdaus, Senin 27 November 2023.
Manager Farhan menjelaskan, ada ribuan batang pohon Teh yang ditanam Belanda saat pertama membuka lahan perkebunan di lereng gunung Kerinci, Gunung tertinggi di Sumatera itu. Tanaman itu, masih menghasilkan dan memproduksi pucuk-pucuk teh hitam terbaik dan menjadi legenda teh di Indonesia.
BACA JUGA:Pupuk Palsu Banyak Beredar, PT Pupuk Indonesia 'Ngadu' ke Polda Jambi
BACA JUGA:Sebelum Olahraga, Kenali Cedera Ligamen Sendi Lutut Ini
”Seedling atau tanaman asli bawaan Belanda, masih produksi dan baik. Luas tanaman seedling ini mencapai 385,86 hektar atau 21.47% areal teh tanaman menghasilkan. Hasil tanaman seedling ini juga masih bagus dan menjadi teh terbaik kita,” papar Farhan.
Dia mengatakan, tanaman seedling teh Belanda itu terletak di afdeling B, C, D, E dan afdeling F di kebun Teh Kayu Aro. Secara fisik bentuk dan rupa pohon teh bawaan Belanda ini, tidak ada perubahan dengan pohon teh yang ditanam sejak di kelola PTPN 6 atau diambil alih pemerintah Indonesia pasca kemerdekaan.
”Fisik dan bentuk dengan pohon Teh yang kita tanam tidak ada perubahan, sama saja. Yang beda hanya sistem pola tanam tanman teh tersebut. Kalau pohon seedling itu, seperti acak tidak lurus seperti sekarang. Maklum dulu kan, sistem pola tanam seedling masih pola tanam mata lima dan ada juga pola tanam yang lain tidak seperti tanaman klonal yang memiliki sistem pola tanam double row,” kata Farhan.
Dia juga mengaku, tanaman seedling dari Belanda ini telah diteliti beberapa peneliti perkebunan dan peneliti sejarah. Perawatan terhadap seedling ini dilakukan sama hal dengan tanaman yang ada. ”Banyak peneliti perkebunan juga datang, kalau wisatawan datang ingin lihat dan yaa, jadi ajang swapoto selfie,” akhir Farhan.*