Serangan terhadap Prabowo tidak hanya datang dari Anies, melainkan juga dari capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dalam debat perdana yang digelar oleh KPU.
Dijelaskan Qodari, serangan dari kompetitor Prabowo itu wajar, pasalnya elektabilitasnya jauh unggul dibandingkan dua penyerangnya.
“Wajar ya sebetulnya Pak Prabowo itu dikeroyok karena memang tanpa disadari lawan-lawannya melihat Pak Prabowo itu sebagai calon kuat makanya dikeroyok. Mas Anies menyerang wajar karena di luar soal ketertinggalan dia adalah slogan perubahan, perubahan itu pasti menyerang keberlanjutan,” paparnya.
BACA JUGA:Ini Rekomendasi Buah-Buahan untuk Menyegarkan Napas dan Kesehatan Mulut
BACA JUGA:Cek Spesifikasi HP Oppo A17, Akhir Tahun Lagi Turun Harga!
“Nah yang menarik kan Mas Ganjar dia mengambil posisi menyerang juga walaupun di sisi yang lain dari beberapa pernyataannya sering mengidentikkan atau diidentikkan dengan pak Jokowi dan Pak Jokowi diasosiasikan dengan Pak Prabowo pada hari ini,” imbuhnya.
Lebih jauh Qodari menyampaikan, serangan Ganjar terhadap Prabowo dan tidak lagi menyerang Presiden Jokowi sebagai strategi untuk mengejar elektabilitas yang trennya menurun.
"Jadi itu bagian dari strategi juga lah bagaimana Mas Ganjar sekarang ini mengatur langkah tidak menyerang Jokowi tapi menyerang Prabowo dan tujuannya sama untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas,” katanya.
Selain itu, Qodari berpendapat efek debat terhadap elektabilitas para capres masih terbatas atau tidak terlalu berpengaruh secara signifikan, karenanya dia menduga hanya sebanyak 30 persen masyarakat yang menonton debat, namun untuk melihat dinamika harus melihat data hasil survei pasca debat perdana itu.
BACA JUGA:8 Tips Mencegah Bibir Kering dan Kehitaman, Bikin Penampilan Makin Oke
BACA JUGA:Harga Terbaru Oppo Find N2 Flip Desember 2023, Cek Spesifikasinya
“Tentunya harus dilihat dari hasil survei ya, teman-teman yang akan survei setelah debat ini seperti apa kondisinya, tetapi secara matematika memang efek debat itu terbatas, anggaplah bahwa yang nonton debat itu 30%. Kemudian dari 30% itu yang nonton itu 75% sudah punya keputusan sudah menjadi pendukung kuat salah satu capres dan biasanya ini tidak bisa goyang termasuk oleh debat,” jelasnya.
“Karena sisa 20% yang masih lemah dukungannya dan 5% yang belum memutuskan itu yang nanti akan terpengaruh oleh debat. Jadi dari 30% yang nonton debat 25% berpotensi berubah, 25% dari 30% itu 7,5%. Mungkin maksimal 7,5% itu dan harus dikatakan juga yang 7,5% itukan tidak kumpul di salah satu calon dia akan tersebar di tiga calon,” lanjutnya.
Oleh karena itu, menurut Qodari pengaruh 7,5% jika dibagi rata-rata ke tiga capres tidak begitu berpengaruh, terutama ketika selisih elektabilitasnya itu jauh.
“Mungkin debat ini akan lebih berpengaruh terhadap posisi Ganjar dan Anies yang sedang bersaing tetapi sulit untuk mengubah konstelasi dibanding dengan Prabowo yang sudah jauh di depan,” pungkasnya. *