Dijelaskan Syifak, kontestasi pilpres dua putaran bisa saja terjebak pada situasi yang menakutkan.
Hidup dan berkobarnya lagi polarisasi yang tersembunyi. Polarisasi yang sudah punya akar itu bisa saja ‘dihidupkan’ dan ‘dimobilisasi’ oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan elektoral.
“Adakah pihak-pihak yang ‘biasa’ dan ‘ketagihan’ memainkan politik identitas yang bisa berujung pada politik? Itu soal lain. Tapi apa yang bisa kita lakukan saat ini adalah bagaimana mengantisipasi untuk tidak memberi ‘ruang’ bagi muncul dan ter-trigger-nya situasi politik yang kembali terpolarisasi sedemikian tajam,” terangnya.
BACA JUGA:Sambut Akhir Tahun, Pj Bupati Aspan akan Gelar Tablik Akbar Bersama Ustad Subki Al Bughury
BACA JUGA:Kapolda Sumut Dukung PalmCo Perkuat Ketahanan Pangan dan Energi Nasional
Lanjut Syifak, gagasan Pilpres 2024 sekali putaran disuarakan oleh semua pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), baik Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Tetapi, kata Syifak, mencermati kondisi objektif yang berhasil dipotret berbagai lembaga survei kredibel, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang paling potensial menang sekali putaran.
“Sebagai seorang aktivis, tentu harus punya basis argumentasi yang rasional dan objektif. Nah, itu bisa kita lihat dalam hasil survei terbaru. Rata-rata itu kan Prabowo Gibran 45% sama 46%, Indikator, LSI itu 45%, Populi Center itu 46% yang lain (pasangan Anies dan Ganjar) 20-an ya kan. Tentu secara probabilitas yang 45%-46% lebih mungkin mendapatkan sekali putaran dibandingkan yang angkanya masih 20an%,” papar Syifak.
"Artinya, mayoritas publik menilai Prabowo-Gibran ini yang paling tepat menjadi presiden dan wakil presiden di tahun 2024," jelasnya. *