Hal ini bisa menciptakan konflik dan stres dalam keluarga.
3. Ketidakstabilan dalam Perkawinan atau Perceraian
Konflik dalam perkawinan atau perceraian orangtua juga memicu stres dan trauma pada anak-anak. Anak rentan merasa terpukul, tidak aman, atau bertanggung jawab atas masalah tersebut.
Terutama jika mereka terlibat dalam konflik orangtua atau menjadi saksi dari pertengkaran yang pernah ada.
Penting untuk diingat bahwa setiap anak bereaksi secara berbeda terhadap situasi yang menimbulkan stres atau trauma. Faktor-faktor lain seperti dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial, juga memainkan peran penting dalam menangani situasi tersebut.
BACA JUGA:Pemkab Muaro Jambi Gelar Safari Ramadan, Ini yang Disampaikan Pj Bupati Bachyuni
BACA JUGA:Pecinta Balap, Bakal Ada Drag Race Dandim Cup Sumatera Drag Wars, Cek Jadwalnya
Orangtua memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan mempromosikan kesejahteraan emosional anak-anak mereka.
Mendengarkan, menghargai, dan merespons kebutuhan emosional anak-anak adalah langkah awal yang penting dalam mencegah stres dan trauma pada anak-anak. Jika Mom merasa anak mungkin mengalami stres atau trauma, penting untuk mencari bantuan profesional dari konselor atau psikolog anak yang berkualifikasi. Semoga informasi ini bermanfaat.
4. Ketidakstabilan Emosi
Orangtua yang mengalami ketidakstabilan emosi, seperti sering marah, mudah stres, atau menunjukkan perubahan suasana hati yang drastis, bisa menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan tidak aman bagi anak-anaknya.
Anak-anak cenderung merasa khawatir dan tidak aman jika mereka tidak tahu bagaimana orangtua akan bereaksi dalam situasi tertentu.
Emosi yang stabil sangat berperan besar dalam memaksimalkan kesehatan emosional anak.
BACA JUGA:Zodiak ini Dikenal Miliki Sisi Misterius dan Sulit Ditebak
5. Kurang Perhatian