JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Maraknya lembaga survei lokal dan nasional merilis hasil survei Preferensi Masyarakat jelang Pilkada November 2024 nanti perlu disikapi secara kritis dan objektif oleh masyarakat.
Pengamat dan peneliti politik Dr. Noviardi Ferzi mengatakan, tidak semua survei bisa menjadi rujukan, karena kesalahan sample dan wawancara, sehingga bias dan tak bisa menangkap realitas secara jernih apa yang terjadi di masyarakat.
‘’Tak semua survei itu bisa dijadikan satu rujukan, belum tentu semuanya menggambarkan sebenarnya, bisa saja karena ukuran sample dan kesalahan wawancara di lapangan, sehingga hasilnya gelembung sabun elektoral untuk framing media semata," ungkap Dr. Noviardi Ferzi 19 September 2024, ketika ditanya pendapatnya soal hasil survei.
Menurut Noviardi salah satu indikasi survei yang gagal menangkap realitas bisa dilihat dari hasil yang mentabulasi jawaban responden tanpa quality control (check spot) yang memadai, akibatnya, angka keterpilihan semua calon menjadi tinggi secara ekstrem, menyisakan sedikit presentase tidak tahu tidak jawab secara gamblang.
BACA JUGA:Partai Masyumi Sepakat Dukung H Abdul Rahman - H Andi Muhammad Guntur Muchtar
BACA JUGA:Jadi Harapan Terakhir Pelamar CPNS 2024, Berikut Cara Mengikuti Masa Sanggah CPNS 2024
Hasil ini menurut Noviardi akan berbanding terbalik dengan angka partisipasi pemilih yang mereka tampilkan.
"Survei gagal realitas itu salah satunya, misal, ketika angka calon mereka tulis katakan Calon A 69 %, lalu calon B mereka katakan 27 %, jika digabung calon A dan B mencapai 96 %, artinya ada kurang lebih 4 % responden yang tidak tahu atau tidak jawab. Nah, anehnya, coba di cek, angka partisipasi pemilih, pasti jauh di bawah angka tersebut. Disini jelas, responden yang sama ketika dinyatakan belum mau menggunakan hak pilihnya, tapi tetap mereka tabulasi pilihannya pada calon, sehingga hasilnya ngak sejalan (linear)," ungkapnya.
"Ada gap atau perbedaan pilihan dan harapan masyarakat dengan hasil survei. Ada jurang yang lebar antara angka partisipasi dan pilihan, padahal respondennya sama," imbuhnya.
Terakhir, Noviardi mengatakan survei awalnya mungkin tampak seperti tugas yang relatif sederhana. Namun, Survei tanpa pemikiran dan metodelogi yang matang, dapat dengan berakhir sebagai kesimpulan yang ditulis dengan buruk.
BACA JUGA:Kecelakaan Maut di Pasar Hongkong Jambi, Mobil Tabrak Motor, 1 Korban Tewas
BACA JUGA:Ketua SMSI Provinsi Jambi Ajak Media Sukseskan Pilkada Serentak 2024 di Jambi
‘’Saya lihat ada beberapa lembaga survei yang melakukan kesalahan umum yang disengaja, seperti, mengajukan pertanyaan yang mengarahkan yang memengaruhi cara responden menjawab pertanyaan,’’ pungkasnya.
Senada dengan hal ini pengamat politik UIN STS Jambi Dr. Dedek Kusnadi, S.Sos, M.Si, MM ketika diminta tanggapannya akan fenomena rilis hasil survei mengatakan, masyarakat perlu curiga terhadap lembaga survei yang terlalu sering mempublikasi hasil surveinya. Karena, ada kemungkinan mereka bertujuan ingin membangun opini atas bayaran calon tertentu, atau hanya sebatas ingin tenar dapat panggung, padahal surveinya belum tentu dilakukan.
‘’Saya pikir gini, masyarakat perlu curiga terhadap lembaga survei yang terlalu sering mempublikasi hasil surveinya. Karena, ada kemungkinan mereka bertujuan ingin membangun opini atas bayaran calon tertentu, atau hanya sebatas ingin tenar dapat panggung, padahal surveinya belum tentu dilakukan,’’ tandasnya.