JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Wanita dan anak-anak merupakan kelompok terdampak atas perubahan iklim karena ketidaksetaraan, kemiskinan, kurangnya kapasitas dan sebagainya sehingga peningkatan kapasitas, memberikan akses terhadap kelompok wanita untuk pengembangan diri merupakan hal yang sangat penting.
Peran wanita tani di sekitar kawasan hutan terus diperkuat oleh PT Royal Lestari Utama (RLU) perusahaan karet alam berkelanjutan. Perusahaan yang beroperasi di Jambi dan Kalimantan Timur ini telah berhasil membentuk empat kelompok wanita tani yang melibat lebih dari 68 petani wanita.
“Oleh karena itu berinvestasi pada kelompok wanita sangat penting dalam memberikan mereka akses yang setara untuk menyampaikan masukan dan ide-ide, pemberian pelatihan, akses yang sama untuk turut berpartisipasi dalam membentuk masyarakat yang tangguh dan inklusif untuk penghidupan yang berkelanjutan. Pembinaan yang dilakukan RLU melalui pola agroforestry berhasil membuat keterampilan, produktivitas tanaman karet dan pengetahuan dalam menunjang kemandirian pangan para wanita tani bertambah. Kaum perempuan terbukti berperan nyata dalam peningkatan pendapatan keluarga kelompok tani kemitraaan kehutanan hingga 30%,” kata Yasmine Sagita, Direktur Sustainability, Corporate Affairs, dan HR PT Royal Lestari Utama.
Secara kultural kaum perempuan di Jambi khususnya di sekitar kawasan hutan berperan aktif dalam menunjang ekonomi rumah tangga termasuk mengelola lahan pertanian dan kebun. Melalui program Community Partnership Program (CPP), RLU melalui dua anak usahanya yaitu PT Lestari Asri Jaya (LAJ) dan PT Wanamukti Wisesa mendorong perempuan untuk dapat berperan menunjang kehidupan keluarganya dalam mengelola pertanian dan kebun karet.
Melalui empat kelompok tani wanita yang telah terbentuk, RLU melakukan berbagai kegiatan pembinaan mulai dari teknik menyadap/menderes pohon karet, memproduksi pupuk organik, mengembangkan pola agroforestry dengan tanaman usia pendek seperti sayur mayur dan jahe, serta perikanan dan lain lain. Kaum perempuan juga dibina agar lebih aktif dalam proses pemasaran dan mengembangkan produk pertanian.
Para anggota wanita tani juga mendapatkan pelatihan peningkatan kapasitas untuk penguatan kelembagaan kelompok dan tata kelola serta pelatihan kewirausahaan. Selain itu, RLU juga berbagai bantuan sarana pertanian termasuk memberikan bibit jahe merah kepada wanita tani binaan untuk dibudidayakan di sekitar pekarangan rumah maupun areal kebun karetnya.
“Kami menyadari pentingnya keterlibatan perempuan di seluruh aspek bisnis, yang dimaknai dengan memberikan kesempatan kerja, meningkatkan partisipasi perempuan, dan memberdayakan perempuan di tengah masyarakat. Kami juga bekerja sama dengan UN Women dan Tropical Landscape Finance Facility (TLFF) untuk melakukan penelitian tentang perempuan di konsesi PT RLU di Jambi,” terang Yasmine.
Tidak hanya fokus membina kelompok wanita tani, RLU juga memberikan kesempata yang luas kepada tenaga kerja perempuan. Saat ini, RLU memiliki tenaga kerja wanita sebanyak 34 persen dari jumlah keseluruhan karyawan, melebihi target 30 persen bagi partisipasi perempuan. Hingga tahun 2021, RLU menyerap lebih dari 900 pekerja wanita yang bekerja secara harian di Jambi. Hal ini karena RLU ingin memberikan kesempatan kerja yang sama bagi perempuan.
Pada Oktober 2021 lalu, RLU meluncurkan program Women Protection Plan (WPP) dan Women Support Group (WSG) Kawan Wanita (Kanita).
Karmila Parakkasi, GM Sustainability dan Compliance RLU dalam perannya sebagai Ketua program WPP dan WSG menerangkan program ini bertujuan memberikan support system kepada karyawan wanita sebagai sarana dalam menyampaikan masukan, keluhan dan ide-ide mereka dan juga memberi mereka akses dalam berbagi pengetahuan dan pengembangan perempuan. Kami bermitra dengan TLFF dengan pakar gender sebagai Penasihat kami Ibu Nani Saptariani.
RLU juga melibatkan tenaga kerja perempuan dalam pengelolaan program konservasi seluas 25% dari luas area konsesi di Jambi yang sekaligus berperan sebagai kawasan penyangga sisi selatan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT). Mereka terlibat dalam upaya mitigasi konflik satwa di areal konservasi. Perempuan juga terlibat aktif dalam pembibitan 30 jenis bibit tanaman hutan untuk mengembalikan ekosistem areal konservasi.
“Kami percaya dengan berinvestasi dalam pemberdayaan perempuan, memberikan hak suara yang sama, akses untuk terlibat, membuat keputusan dan berbagi ide, keterampilan dan bimbingan yang tepat untuk mengatasi tantangan hari ini adalah sangat penting. Tujuannya jelas yaitu untuk membangun ketahanan masyarakat secara inklusiv sehingga dapat tumbuh sejahtera secara berkelanjutan,” tutur Yasmine.
Sementara itu, menurut Nani Saptariani, Social & Gender Expert pada TLFF (Tropical Landscape Finance Facility) pemberdayaan perempuan adalah berinvestasi yang sangat penting bagi perusahaan. Pasalnya, penelitian memperlihatkan bahwa saat perempuan menjadi pemimpin, ternyata mampu meningkatkan profit lebih tinggi.
“Seringkali perempuan dianggap kurang pintar. Padahal tidak begitu, kondisi itu terjadi karena peluang bagi perempuan tidak dibuka secara adil. Ini terjadi di industry pada umumnya,” ungkap Nani.
Menurut Nani, RLU sudah bagus karena menginiasi Program WPP, dimana pembahasannya dilakukan intensif dalam dua tahun terakhir dan di-launching tahun 2021. Sejauh ini, Nani melihat banyak progresnya, di tengah kendala adanya pandemi Covid-19.