JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Dalam rangka melaksanakan Pengabdian Masyarakat, mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (UNJA) mengadakan pengabdian ke Suku Anak Dalam (SAD) Di Desa Bukit Suban Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun selama 2 pekan dari tanggal 1 hingga 14 Desember 2021.
Menurut Siti Mashirotul Khoiriyah, Ketua Organisasi Kampus (OK) gerakan merangkul mimpi dan cita, fokusnya pada pengabdian dan pemberdayaan masyarakat (Gempita) SAD mengatakan Sejak ratusan tahun lalu SAD telah hidup di Provinsi Jambi. Mereka hidup bergantung pada Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, hewan, buah-buahan, semua tersedia di alam, SAD hidup dalam kemewahan ‘ala rimba’.
"Kami melihat dari segi Pendidikan, kesadaran Orang Rimba akan pendidikan khususnya pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) masih sangat rendah karena mereka menganggap pendidikan sebagai ancaman yang dapat merubah pola kehidupan dan adat istiadatnya. Hal tersebut yang menyebabkan keengganan Orang Rimba untuk bersekolah, sehingga pada umumnya Orang Rimba belum bisa membaca, tulis dan berhitung (calistung). Kondisi inilah yang menyebabkan Orang Rimba tetap tertinggal dalam proses perubahan sosial yang tidak bisa mereka hindari selama berinteraksi dengan masyarakat luar,” ujar Siti Mashirotul.
Selain itu dari segi kesehatan hal yang menarik mengenai budaya kesehatan pada Orang Rimba yaitu mereka lebih mengutamakan usaha-usaha pencegahan (preventif) dibandingkan pengobatan (kuratif). Sesandingon atau sesandingan merupakan tradisi Orang Rimba untuk menghindari penykit, yakni dengan menjaga jarak dan menjaga kontak hubungan dengan anggota lain yang terkena penyakit.
“Bahkan jika ada yang terkena penyakit yang dianggap cepat menular, seperti flu, batuk-batuk, dan lain sebagainya cenderung akan diungsikan keluar pemukiman mereka, dan hanya dijaga kerabat terdekat dalam hutan sampai penyakitnya sembuh atau mungkin meninggal dunia. Pencegahan ini juga berlaku saat orang luar baru datang kepemukiman mereka sebelum berbaur mereka harus mendirikan pondok yang lokasinya agak jauh dari pemukiman Orang Rimba, pemisahan ini berlangsung selama 3-4 hari atau bisa juga sampai terbukti tidak membawa penyakit. Dalam buku “Orang Rimba Menantang Zaman” Suatu penyakit, dalam pandangan Orang Rimba tidak hanya dilihat sebagai ketidak-seimbangan kondisi fisik dan psikologis semata,” terangnya.
Di bidang sosial-ekonomi, Orang Rimba hidup dari meramu, berburu hasil hutan yang mengindetifikasikan diri mereka sebagai masyarakat rimba, dari segi pola dan hukum, komunitas adat terpencil ini sangat patuh terhadap aturan adat yang mengatur perilaku mereka dengan begitu ketat. Orang Rimba hidup menyebar di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) serta di hutan-hutan sekunder dan perkebunan kelapa sawit sepanjang jalur lintas tengah Sumatera hingga ke batas Sumatera Selatan, dalam kelompok-kelompok kecil.
“Pada pengabdaian masyarakat ini Organisasi Kemahasiswaan (OK) Gempita SAD bersama Praktik Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KESMAS KAT) bekerja sama dengan Komunitas Konsevasi Indonesia (KKI-WARSI) melaksanakan 15 program pengabdian dan pemberdayaan diantaranya, “Wani Piro” (Mewarnai Mimpi Orang Rimba), “Ngobar & Ngopi” (Nonton Bareng dan Ngobrol Inspirasi), “Barisaba” (Belajar Menulis Bersama Orang Rimba), “Madu Baca” (Mari Menjelajahi Dunia dengan Membaca), “Macam” (Mengenal Angka Cerdaskan Anak Bangsa), “Tantangan” (Terapkan Kebiasaan Mencuci Tangan), “Poku” (Potong Kuku Hilang Kumanku), “Terangi” (Tampil Bersih, Rapih Dan Wangi), “Cikar Gaya” (Ciptakan Karya Menjadi Generaya yang Berdaya), “Mentari” (Menonton Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Ibu),“Kesan” (Kegiatan Edukasi Sistem Pencernaan), “Bucin” (Budaya Cinta Indonesia), Membangun Lahan Contoh Pertanian pada Suku Anak Dalam, Membuat Kerajinan Tangan Khas Suku Anak Dalam dan Senam setiap pagi,” Jelas Siti Mashirotul.
Sementara itu, koordinator mata kuliah Kesehatan Masyarakat sekaligus Pembina Ok Gempita berharap kegiatan ini akan berdampak positif terhadap status kesehatan orang rimba.
“Kami berharap setelah dilaksanakan kegiatan tersebut dapat berdampak positif terhadap peningkatan status kesehatan orang rimba dan memberikan nilai tambah pada peningkatan sosial-ekonomi masyarakat yaitu bidang pendidikan, dan ekonomi pada tataran rumah tangga. Bagi mahasiswa diharapkan kegiatan ini mampu memberikan awareness pada mayarakat orang rimba yang mempunyai keterbatasan akses terhadap pelayanan publik," tutur Asparian.
Kegiatan dihadiri Ketua Prodi IKM, Sekretarus Jurusan IKM dan Dosen Mata Kuliah kesehatan masyarakat dan diikuti 200 orang mahasiswa IKM UNJA, 40 anak SAD usia sekolah dan 15 orang tua yang terdiri dari tokoh masyarakat Orang Rimba.(*/tav)