JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA – Emas menyentuh level tertinggi satu bulan, Kamis, karena terpengaruh penurunan dolar dan imbal hasil US Treasury, yang mendorong investor beralih ke logam kuning sebagai lindung nilai inflasi.
Harga emas di pasar spot naik 0,2 persen menjadi USD1.796,59 per ounce pada pukul 00.46 WIB, setelah mencapai level tertinggi sejak 15 September di USD1.800,12 per ounce, demikian mengutip laporan Reuters, Kamis (14/10/2021) atau Jumat (15/10/2021) dini hari WIB.
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat ditutup menguat 0,2 persen menjadi USD1.797,9 per ounce.
Emas juga tampaknya sebagian besar mengabaikan data tenaga kerja mingguan Amerika yang lebih baik.
“Pedagang dan investor akhirnya menyadari bahwa kenaikan inflasi, secara historis, bullish bagi logam, tidak peduli apa yang dilakukan Federal Reserve,” kata Jim Wyckoff, analis Kitco Metals.
BACA JUGA: IHSG Lanjutkan Tren Penguatan, Simak Rekomendasi Analis
Volatilitas lebih lanjut dalam ekuitas bulan ini juga dapat memicu beberapa permintaan safe-haven untuk emas, Wyckoff menambahkan.
Sentimen pasar yang lebih luas tetap rapuh, karena krisis energi global memicu kekhawatiran bahwa lonjakan harga yang dihasilkan dapat memperlambat pertumbuhan.
Harga produsen China mencatat rekor kenaikan tahunan bulan lalu dan harga konsumen AS juga meningkat, mengipasi kekhawatiran bahwa bank sentral mungkin akan memangkas stimulus lebih cepat dari yang diantisipasi.
BACA JUGA: Harga Jagung dan Kedelai Berjangka Merangkak Naik
Kendati emas dianggap sebagai lindung nilai inflasi, pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi, meningkatkan opportunity cost memegang logam kuning yang tidak memberikan bunga.
Tetapi “sekarang kita memiliki sedikit visibilitas tentang apa yang ingin dilakukan The Fed dalam hal tapering , dan itu jumlah yang relatif kecil; itu positif bagi emas,” kata analis independen Ross Norman, menambahkan emas menghadapi technical resistance di kisaran USD1.800 dan USD1.835.
Risalah terbaru The Fed menunjukkan bank sentral bisa mulai melakukan tapering pada pertengahan November.
TD Securities mengatakan kendati “fokus kuat pada perhitungan tapering The Fed telah mengabaikan meningkatnya risiko stagflasi,” itu belum diterjemahkan ke dalam permintaan emas tambahan.
Namun, ketika krisis energi meningkat, alasan untuk memiliki emas “semakin menarik.”
Perak melonjak 1,7 persen menjadi USD23,45 per ounce dan paladium melejit 1,4 persen menjadi USD2,136,18 per ounce. Kedua logam itu mencapai level tertinggi satu bulan sebelumnya.