JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA – Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengatakan, bahwa Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dalam Asesmen Nasional (AN) dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif.
Hal itu berkaitan dengan tingkat literasi dan numerasi. Dari hasil pengukuran itu pula, akan didapatkan kemampuan bernalar dan daya analitis peserta didik yang nantinya dibentuk bukan lewat mata pelajaran tertentu.
“Jadi literasi itu bukan tentang mata pelajaran bahasa Indonesia. Numerasi bukan hanya tentang mata pelajaran matematika,” kata Nadiem, Sabtu (9/10/2021).
Selain itu, kata Nadiem, AKM nantinya juga mengukur kemampuan menganalisis informasi, hingga memecahkan permasalahan dengan logika. Menurutnya, hal itu adalah kompetensi minimum yang penting.
“Dan guru berperan dalam itu semua. Guru berkontribusi terhadap kemampuan anak-anak bernalar,” ujarnya.
Menurut Nadiem, metode mengajar guru menjadi salah satu faktor penentu dalam mengembangkan kemampuan bernalar siswa. Misalnya, bagaimana anak-anak terbiasa memberikan opini di dalam kelas atau bagaimana mereka melakukan analisis.
“Metode mengajar yang aktif dan menarik juga akan mampu menciptakan kelas menjadi lebih hidup. Kita mendorong ke arah itu. Jadi bukan soal mata pelajaran, tetapi kemampuan mendasar, yaitu kemampuan bernalar. Itu yang kita tes,” terangnya.
Nadiem menambahkan, AN menjadi survei yang pertama kali menyetarakan nilai-nilai Pancasila, kebinekaan, dan akhlak, melalui pertanyaan-pertanyaan dalam survei. AN juga menjadi alat pertama untuk mengetahui tingkat toleransi yang hasilnya akan diberikan terbatas kepada kepala sekolah.
“Jadi tingkat tolerasinya seperti apa, atau ada indikasi seperti apa, nanti itu semua dilaporkan ke kepala sekolah supaya ditindaklanjuti dan didiskusikan dengan guru-guru,” ujarnya.
Selain itu, hasil AN juga menjadi data dan informasi untuk sekolah agar bisa melakukan perbaikan-perbaikan untuk sekolahnya. Terkait metode survei yang digunakan dalam AN, Nadiem menegaskan bahwa secara statistik hasil AN akan tetap representatif.
“Kepala sekolah dan guru tidak perlu khawatir mengenai peserta AN yang jumlahnya hanya 45 siswa per sekolah. Jumlah itu yang secara agregat menentukan kira-kira nilai rata-ratanya seperti apa. Jadi tidak perlu khawatir. Secara sampling akan representatif karena kita pakai aturan statistik yang sangat kuat,” pungkasnya. (der/fin)