JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA – Harga emas relatif mendatar, Senin, terimbas penguatan dolar AS. Sementara investor cenderung berhati-hati menunggu data indeks harga konsumen Amerika yang akan dirilis pekan ini, yang bisa menjadi penting bagi keputusan Federal Reserve tentang kapan memangkas kebijakan super-suportifnya.
Harga emas di pasar spot bertahan di level USD 1.787,40 per ounce, pada pukul 08.14 WIB, setelah mencatat penurunan mingguan sebesar 2,1 persen, demikian mengutip laporan Reuters, di Bengaluru, Senin (13/9/2021).
Emas berjangka Amerika Serikat turun 0,3 persen menjadi USD 1.786,90 per ounce.
Indeks Dolar (Indeks DXY) menguat di perdagangan Asia, setelah mencatat kenaikan mingguan 0,6 persen, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Data yang dirilis Jumat menunjukkan indeks harga produsen Amerika meningkat tajam pada periode Agustus, mengarah pada kenaikan tahunan terbesar dalam hampir 11 tahun.
Angka tersebut mengirim imbal hasil US Treasury 10-tahun bergerak lebih tinggi.
Kendati beberapa investor melihat emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi, kenaikan imbal hasil diterjemahkan ke dalam peningkatan opportunity cost untuk memegang logam kuning yang tidak memberikan bunga.
Presiden Fed Cleveland, Loretta Mester, Jumat, mengatakan dia masih menginginkan bank sentral mulai mengurangi pembelian aset tahun ini, bergabung dengan penyusun kebijakan lainnya yang memperjelas bahwa rencana mereka untuk mulai memangkas dukungan tidak terhambat pertumbuhan lapangan kerja yang lebih lemah pada Agustus.
Permintaan emas fisik di India melemah pekan lalu, meski ada koreksi harga bullion , sementara konsumen di sebagian besar hub Asia lainnya juga tetap berada di sela-sela karena mereka memperkirakan tren yang lebih jelas dalam harga global.
Spekulan memangkas net long position mereka di emas COMEX sebesar 15.324 kontrak menjadi 83.540 dalam pekan yang berakhir hingga 7 September, data dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS menunjukkan.
Platinum turun 0,1 persen menjadi USD 955,01 per ounce dan menyentuh level terendah sejak November 2020.
Palladium mencapai level terendah sejak Agustus 2020, tetapi pulih dari kerugian untuk diperdagangkan naik 0,3 persen menjadi USD2.145,03 per ounce. Perak mendatar di USD 23,72 per ounce. (git/fin)