JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – Rupanya ada cara penceramah radikal, untuk menyusupi ideologi mereka. Para penceramah radikal ini, disebut sering mengambil celah lemahnya resistensi masyarakat, untuk menginfiltrasi radikalisme di masyarakat.
Hal ini dikatakan Mantan Direktur Eksekutif Maarif Institute Muhammad Abdullah Darraz. Kata dia, hal tersebut kerap kali diakibatkan faktor dari ketidaktahuan masyarakat.
Ini kata dia, seperti muatan radikal-ekstrem maupun ketidakpahaman terkait peta aktor dan kelompok yang membawa misi dan narasi radikal.
“Yang menjadi persoalan dalam setiap proses infiltrasi radikalisme (kelompok radikal) di tengah masyarakat adalah lemahnya resistensi, sebagai akibat dari ketidaktahuan masyarakat itu sendiri,” ujar Muhammad Abdullah Darraz, seperti dikutip fin.co.id, Rabu, 9 Maret 2022.
BACA JUGA: Terekam CCTV, Mak-mak Curi Beras 20 Kg Dimasukkan ke Gamis
BACA JUGA: Jadi Menko Paling Tajir, Segini Harta Kekayaan Luhut
Lanjut Darraz, lemahnya resistensi masyarakat ditandai oleh ketidakpahaman terhadap pandangan radikal ekstrem yang dibalut dengan penjelasan keagamaan yang memukau.
Ini lah yang membingungkan masyarakat, untuk membedakan mana pandangan yang memiliki muatan radikal dan mana yang tidak.
"Kedua, ketidakpahaman masyarakat (termasuk di lingkungan aparat) terkait dengan peta aktor dan kelompok yang membawa misi dan narasi-narasi radikal. Sehingga masyarakat tidak paham siapa sebenarnya yang mereka undang itu," tuturnya.
Menurutnya, kelompok radikal seperti ini akan terus mencari celah, agar bisa masuk ke setiap lini demi menyebarkan paham radikalisme yang mereka anut.
BACA JUGA: Penjual Minyak Goreng Murah di Muarasabak Barat Diserbu Warga
BACA JUGA: Fakta Bus Indofood yang Tabrak Pak Ogah Hingga Tewas, Ternyata Baru Uji KIR di Dishub
Modus yang sering dipakai saat ini, adalah mengisi pengajian di berbagai komunitas, tidak terkecuali di lingkungan aparat TNI-Polri beserta keluarganya.
"Mereka mencoba memberikan pengaruh secara lebih halus agar ideologi mereka dapat diterima di lingkungan aparat negara yang menjadi benteng pertahanan NKRI dan Pancasila," jelasnya.
Ia menilai, infiltrasi halus seperti demikian di mimbar-mimbar agama tidak bisa dibiarkan. Pasalnya, ini berkaitan dengan narasi dan provokasi yang bisa membawa kepada kehancuran dan perpecahan bangsa.