JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, BANGKO, JAMBI - Selama tahun 2021, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTPH) Kabupaten Merangin telah mendata sejumlah lahan sawah yang rusak akibat diterjang banjir.
Tak sedikit lahan pertanian warga rusak. Akibatnya petani harus mengalami kerugian akibat banjir.
Kepala DPTPH Merangin, Slamet Sudarsono mengatakan, berdasarkan laporan, bahkan pihaknya sudah melihat langsung ke lapangan, ada lahan sawah di Merangin rusak akibat banjir di tahun 2021.
Padi yang rusak itu ada di beberapa wilayah kecamatan, seperti di Desa Pulautengah Kecamatan Jangkat, Desa Talangtembago Kecamatan Jangkat Timur, Desa Lubukbumbun Kecamatan Margotabir dan beberapa wilayah lainnya.
Baca Juga: Pemutihan PKB Berakhir April, Masyarakat Dihimbau Manfaatkan Waktu
"Jadi paling banyak itu padi yang baru umur muda. Jadi usai dilanda banjir, mereka menanam kembali," ungkap Slamet.
Namun akibat banjir tersebut, jumlah sawah rusak terdampak banjir luasnya hanya lebih dari 1 hektar.
"Arus banjirnya tidak terlalu deras, cuma menggenangi. Sehingga, pas surut padinya kembali membaik, karena umur padi masih dibawah umur satu bulan. Padi yang rusak sudah ditanam kembali dengan cara swadaya. Intinya, di tahun 2021 tidak ada puso dan tidak ada kegagalan panen di wilayah terdampak banjir," tambahnya.
Sementara itu, angka produksi pertanian khususnya tanaman padi di Merangin tahun 2021, data sementara yang dimiliki Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura mengalami penurunan.
"Angka produksi di beberapa komoditi memang mengalami penurunan, contohnya tanaman padi tahun 2020 di angka 110 ribu ton keatas, tahun 2021 diangka 109 ribu ton. Memang ada penurunan sedikit," tambah selamet.
Baca Juga: Eksekusi Perumahan Guru di Kota Jambi Berlanjut
Hal itu dipengaruhi beberapa faktor. Pertama sulitnya petani padi ladang untuk menanam, lalu akibat aktifitas PETI di lahan sawah dan adanya alih fungsi sawah ke perkebunan.
Meski angka produksi menurun, Slamet mengaku bahwa angka produktivitas gabah padi meningkat, dari sebelumnya hanya berkisar 5 hingga 6 ton per hektar, sekarang mencapai angka 7,6 ton per hektar.
"Dari peta ubinan dan sampel yang kita ambil, dan saat ini kita juga sudah menetapkan luas lahan baku sawah yang potensial sekitar 7.045 hektar. Itu sudah kita usulkan menjadi lahan LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, red)," kata Slamet. (min/enn)