Menko Luhut Blak-Blakan Soal Membangun Industri Berbasis Digital

Selasa 11-01-2022,09:09 WIB

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyebut, pihaknya akan membangun industri berbasis digital di Indonesia. Program ini diinisiasi setelah berhasilnya hirilisasi tahap I.

Kata Luhut, hilirisasi mengubah struktur ekonomi di Indonesia. Dengan hilirisasi, terjadi pemerataan investasi. Yang dulunya 75 persen investasi di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 25 persen lagi di Indonesia Timur. "Tapi sejak hilirisasi ini sudah merata," katanya.

Baca Juga: Pikul Luhut

Hal ini disampaikannya, saat webinar bersama seluruh jaringan WSM Grup, di Jakarta, Senin (10/1). Dahlan Iskan yang saat ini menggawangi WSM, juga hadir bersama Luhut, memimpin alur webinar tersebut.

Luhut kemudian melanjutkan, di tahun lalu, Indonesia menduduki peringkat ke enam, dengan rangking top ekspor baja ke seluruh dunia. "Waktu dibully habis-habisan tahun 2017 dan 2018, memang belum terasa. Tapi sekarang sudah hampir 21 juta dollar pendapatan, dan itu yang membantu ekspor kita. Ekspor didominasi, padahal belum turunan akhir, masih dikembangkan turunan berikutnya," bebernya.

Lanjutnya, kurangnya investasi di sektor produktif, SDM, dan infrastruktur menyebabkan limitasi pada diverifikasi ekonomi dan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diperlukan struktur ekonomi yang lebih kompleks, menurut Luhut agar mampu meningkatkan ekonomi sekitar 5,8 persen dalam 5 tahun depan. "Kalau bisa terus diperbaiki, akan bisa dapat di atas 6 persen peningkatan ekonomi di Indonesia," katanya.

Tak hanya itu, Luhut juga berbicara soal kesehatan. Kata dia, sebelum pandemi Covid-19 melanda, banyak orang Indonesia bolak-balik ke negara tetangga untuk medical check-up. “Dulu mungkin banyak orang Indonesia yang kurang percaya dengan pelayanan kesehatan di Indonesia,” kata dia.

Nah karena ada Covid-19, bepergian ke luar negeri sulit. Celah ini yang dimanfaatkan pemerintah, dengan menggencarkan upaya pengembangan wisata kesehatan atau medical tourism. Apalagi, kesadaran masyarakat Indonesia pada bidang kesehatan sudah menunjukkan tren positif.

Lanjutnya, di tengah pandemi Covid-19 ini, beberapa sektor usaha justru mengalami pertumbuhan. Salah satunya sektor kesehatan. Secara tak terduga, pandemi Covid-19 justru membuka mata masyarakat akan pentingnya sektor kesehatan.

Hal ini pun akhirnya mendorong banyak negara untuk berinvestasi lebih besar pada program kesehatan. “Termasuk Indonesia,” kata Luhut. Kini peluang investasi kesehatan di Indonesia pun dibuka lebar seiring upaya pemerintah untuk menekan impor produk kesehatan.

Menurutnya, potensi pengembangan industri kesehatan di Indonesia cukup besar. “Selama ini, jumlah rumah sakit dan dokter di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa, sebesar 64 persen. Di antaranya adalah rumah sakit swasta dan 92 persen tidak terikat,” kata dia.

Data Kementerian Kesehatan pada 2019 terdapat 2.465 rumah sakit di Indonesia, 51.398 dokter dan 29.613 dokter spesialis. Ketersediaan rumah sakit di Indonesia didominasi oleh keberadaan rumah sakit swasta dengan proporsi sebesar 64 persen dari total rumah sakit.

“Sementara belanja kesehatan Indonesia merupakan yang terendah dibandingkan negara-negara Asia lainnya yakni hanya 2,9 persen, dari total PDB 1,2 tempat tidur per seribu penduduk. Serta dokter 0,4. Ini yang membuat masyarakat Indonesia berobat ke luar negeri,” paparnya.

Saat ini kata dia, ada 600.000 orang Indonesia merupakan wisatawan medis. Indonesia menjadi yang terbesar mengalahkan Amerika Serikat dengan 500.000 orang, yang melakukan perjalanan wisata medis.

“Berdasarkan rilis Bank Dunia pada tahun 2018, sekitar 60 persen turis medis di Malaysia berasal dari Indonesia. Sedangkan di Singapura, sekitar 45 persen turis medis berasal dari Indonesia,” ungkapnya. Kemenko Marves pun telah telah memetakan wilayah di Indonesia yang cocok dijadikan sebagai kawasan wisata medis.

Tags :
Kategori :

Terkait