Pilwako Jambi 2024, Jebakan Populeritas dan Elektabilitas Bubble
Di Kota Jambi proporsi kelas bawah jumlahnya bisa 60 - 70 persen dari total jumlah suara. Mereka tidak selalu tercluster dalam kelas ekonomi dan sosial, bahkan keberadaan mereka ada tiap kelas ekonomi dan sosial. Mereka ini cenderung sebagai mayoritas diam (silent majority). Mereka menguasai suara mayoritas, hanya saja mereka diam tidak banyak terdengar di ranah sosial, media massa atau medsos, inilah yang disebut dengan jebakan populeritas.
Karena ada kecendrungan yang kuat kelompok yang menjalin interaksi dengan calon, biasanya adalah kelompok aktif dan melek secara pilihan dan punya harapan akan peluang seorang calon. Mereka inilah yang berinisiasi melakukan gerakan politik membantu sosialisasi calon. Latar belakang kelompok ini bermacam - macam baik paguyuban, ormas, birokrasi, parpol hingga sel - sel pemerintahan secara diam namun aktif melakukan penggalangan opini dan dukungan di akar rumput.
Kembali ke silent majority adalah sekelompok besar orang atau kelompok yang tidak mengekspresikan pendapat atau pilihan politik mereka secara terbuka. Mereka adalah kelompok pemilih yang sulit dideteksi bahkan melalui survei pemetaan suara sekalipun.
Karena itulah, pentingnya strategi manajemen (management strategic) dalam memformulasikan langkah-langkah politik dalam persaingan yang kompetitif. Strategi yang mampu menginfiltrasi informasi dan opini pada semua kelompok termasuk pada kelompok silent majority. Bagaimana strateginya, tentu harus dimulai kadar kediaman (silent factor) di tiap karakteristik masyarakat.
Beragam analogi kasuistis dalam kontestasi politik yang menunjukkan orang-orang populer terjebak dalam popularitasnya. Mereka terhimpit bahkan tumbang dalam pertarungan politik meskipun popularitasnya melangit jika dibandingkan dengan lawan politiknya.
Gelembung Sabun Elektabilitas
Fenomena Gelembung Sabun (Bubble Elektabilitas) pada keterpilihan merupakan perumpamaan yang mengambarkan rapuh tak berisinya elektabilitas seorang calon dalam pilkada.
Dalam kajian preferensi, elektabilitas sebenarnya adalah bagian fenomena Bandwagon effect, satu kecendrungan untuk mengikuti satu sama lain. Kondisi ini adalah efek ikut-ikutan yang muncul dari sebuah populeritas. Fenomena ini ditandai dengan adanya kecenderungan seseorang untuk mengikuti apa yang orang lain pakai (pilih) karena jumlah orang yang menggunakan (memilih) hal tersebut semakin banyak.
Artinya, semangkin terbentuk populeritas makin besar pula efek untuk mempengaruhi pemilih lain sebagai keterpilihan calon. Disini elektabilitas sering dikaitkan dengan survei politik, dan memang hanya metode survei yang kredibel dan terukur mampu menyajikan data keterpilihan seorang calon.
Di saat lembaga survei memprediksikan stagnansi dan fluktuasi keterpilihan seorang calon, sesungguhnya mereka mereka mengambarkan potensi elektabilitas hari itu pada saat survei dilakukan.
Pengamatan penulis dalam pilwako kota Jambi 2024 peta elektabilitas cenderung menjadi gelombang sabun yang rentan pecah karena dihadapkan pada situasi yang kurang mendukung lahirnya peta preferensi yang utuh.
Kondisi ini disebabkan beberapa faktor sebagai cateris paribus berlakunya teori elektabilitas calon. Suatu kondisi yang berlaku apabila asumsinya terpenuhi. Nah, disini elektabilitas para calon dalam kajian penulis tidak memenuhi asumsi.
Terdapat alasan untuk ini, yaitu relatif belum ada hasil survei yang mapan terhadap pilwako kota Jambi, tahun kemarin (Februari 2021) penulis mencoba mengandeng pelaksanaan survei nasional tentang Peta awal Pilpres Pasca Pilkada 2020 untuk mensurvei preferensi masyarakat terhadap Pilwako Jambi.
Hasilnya, seperti yang di duga, nama petahana (Maulana) cukup mencuat dari nama - nama bakal calon lain dalam hal populeritas dan elektabilitas. Namun sayangnya survei ini tidak bisa dijadikan data urut waktu (time series) sebagai syarat utama menyimpulkan sesuatu. Sehingga, ada situasi yang kurang ideal untuk disimpulkan.
Penulis sendiri berkesimpulan, elektabilitas para bakal calon walikota Jambi hari ini termasuk Maulana masih terkategori elektabilitas Bubble atau Gelembung sabun yang tak berisi dan mudah terpecah. Hipotesanya begini :
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: