Sering Konsumsi Junkfood? Ini Penyakit yang Mengintai

Sering Konsumsi Junkfood? Ini Penyakit yang Mengintai

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA – Sering konsumsi makanan cepat saji atau junk food ternyata kurang baik bagi kesehatan tubuh. Meskipun makanan cepat saji memang memiliki rasa yang lezat dan membuat perut kenyang.

Dilansir dari laman PMJ News, Tak hanya menyebabkan obesitas, konsumsi makanan cepat saji juga dapat menimbulkan penyakit kronis.

1. Penyakit Jantung

Makanan cepat saji umumnya terdiri dari makanan olahan dan tinggi lemak jenuh. Pola makan yang tinggi akan lemak jenuh dan makanan olahan diketahui berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.

Sebagai gambaran, American Heart Association merekomendasikan batas asupan lemak jenuh per hari adalah 13 gram. Akan tetapi, satu sajian burger dan kentang dari restoran cepat saji ternama sudah mengandung 14 gram lemak jenuh.

2. Gangguan Sindrom Metabolik

Makanan cepat saji rasanya tak terpisahkan dari minuman bersoda. Kombinasi ini bisa memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan.

Gangguan sindrom metabolik ini berkaitan dengan tekanan darah tinggi, kadar gula tinggi, kadar trigliserida darah tinggi, kadar kolesterol baik atau HDL yang rendah, dan lingkar pinggang yang besar. 

3. Diabetes Tipe 2

Konsumsi junk food terlalu banyak dapat memicu terjadinya obesitas. Kondisi obesitas juga berkaitan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 merupakan kondisi di mana tubuh tak mampu memproses gula darah dengan baik. 

Masalah tersebut terjadi karena tubuh menjadi resisten terhadap insulin. Studi menunjukkan bahwa risiko seseorang untuk mengalami resistensi insulin dapat meningkat dua kali lipat bila mengonsumsi junk food lebih dari dua kali per pekan.

4. Hipertensi

Makanan cepat saji diketahui tinggi akan lemak, kalori, dan sodium. Ketiga hal ini dapat memberikan pengaruh buruk terhadap tekanan darah.

Konsumsi terlalu banyak akan memicu terjadinya hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi pada ujungnya dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan strok. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: