Harga Emas Bergerak dalam Kisaran Ketat, Ini Penyebabnya

Harga Emas Bergerak dalam Kisaran Ketat, Ini Penyebabnya

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA – Harga emas bergerak dalam kisaran ketat, Rabu, karena fokus beralih ke keputusan Federal Reserve (The Fed) yang akan diawasi investor untuk mengukur kecepatan di mana langkah-langkah stimulus era pandemi akan diakhiri.

Harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi USD1.766,17 per ounce, pada pukul 23.40 WIB, sementara emas berjangka Amerika Serikat ditutup melemah 0,44 persen menjadi USD1.762,60 per ounce, demikian mengutip laporan Reuters, Rabu (15/12/2021) atau Kamis (16/12/2021) dini hari WIB.

Logam kuning mengabaikan data yang menunjukkan penjualan ritel AS meningkat kurang dari ekspektasi pada November, setelah melonjak di Oktober karena orang Amerika memulai belanja liburan lebih awal untuk menghindari shortage dan membayar lebih mahal untuk membeli barang.

“Lima menit setelah laporan ritel Amerika, emas kembali ke tempatnya semula. Di hari lainnya, laporan itu akan lebih signifikan, tetapi saat rapat The Fed semakin dekat, emas terdorong ke samping dengan sangat cepat,” kata Jim Wyckoff, analis Kitco Metals.

The Fed diperkirakan mengumumkan akan mempercepat pengakhiran program pembelian obligasinya dan memberikan sinyal untuk kenaikan suku bunga tahun depan sebagai upaya menahan lonjakan inflasi.

Akan menarik untuk dilihat apakah Chairman The Fed Jerome Powell akan mendorong atau malah mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga, kata Commerzbank.

Pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong yield obligasi pemerintah, meningkatkan opportunity emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Di masa mendatang, “Emas akan turun selama 12-24 bulan ke depan, dengan harga kemungkinan akan pulih dan stabil setelah siklus kenaikan suku bunga The Fed dimulai dengan sungguh-sungguh,” kata analis UBS, Joni Teves.

Perak akan mengikuti emas yang bergerak lebih rendah tahun depan, tambah Teves.

Perak anjlok 1,8 persen menjadi USD21,54 per ounce, platinum merosot 2,3 persen menjadi USD898,63 per ounce, dan paladium jatuh 2,8 persen menjadi USD1.575,47 per ounce.

Diantara logam autocatalysts, platinum siap untuk mencatat keuntungan pada 2022 karena kondisi pasokan-permintaan mengetat, sementara paladium bisa mendapatkan dorongan dari pemulihan dalam produksi otomotif global, ungkap UBS. (git/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: