Ini 3 Tradisi Sumatera Selatan yang Wajib Di Lestarikan

Ini 3 Tradisi Sumatera Selatan yang Wajib Di Lestarikan

Tradisi Ngobeng di Sumatera Selatan-istimewa-google

Ngobeng adalah sebuah tradisi warisan Kesultanan Palembang Darussalam yang memiliki nilai flosofis yang tinggi kini terhempas oleh akulturasi budaya.

Sehingga banyak dari masyarakat Palembang, khususnya di kalangan anak muda masih merasa asing dengan tradisi ini.

Ngobeng adalah salah satu tradisi kental masyarakat Palembang dalam menjalani kebersamaan, tradisi ini biasa dilakukan pada saat ada acara sedekahan (kendurian), pernikahan dan lain sebagainya.

Tradisi ngobeng merupakan tradisi turun temurun yang memiliki nilai-nilai kearifan yang masih relevan untuk dilestarikan oleh masyarakat saat ini.

Di antara nilai-nilai yang terkandung dari tradisi ngobeng antara lain: nilai kebersamaan, gotong- royong, dan hormat menghormati.

Tradisi ngobeng masih sangat relevan untuk dilestarikan, hal ini dikarenakan dalam tradisi ngobeng terdapat nilai-nilai kearifan yang bernilai positif dalam menghadapi isu problematika yang berkembang saat ini.

BACA JUGA:Cek Handphone Anda, 10 Aplikasi Ini Bikin Boros Baterai, Begini Cara Mengatasinya

2. Tepung Tawar Perdamaian

Tepung tawar tolak bala adalah satu dari tiga jenis tradisi tepung tawar yang biasa diadakan pada momen tertentu. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Palembang.

Dalam adat Palembang, jika seseorang bebala atau berkelahi dan menyebabkan lawannya mengeluarkan darah, maka ia wajib melakukan tepung tawar atau perdamaian.

Dengan melakukan denda tepung tawar, maka segala rasa marah, dendam, sakit hati yang bekecamuk di dalam hati orang yang bertikai akan hilang atau tawar alias tidak ada rasa lagi.

Konon, jika tidak dilakukan denda  tepung tawar, maka orang tersebut akan berkelahi terus-menerus sepanjang hidupnya.

Dengan kata lain, haus darah. Setiap saat, ingin membuat orang lain mengeluarkan darah. Oleh karena itu, orangtua yang anaknya terlibat perkelahian buru-buru melakukan denda tepung tawar agar hal tersebut tidak terulang lagi.

Selain berkewajiban mengobati, pihak keluarga, si pelaku datang bersilaturahmi ke kediaman si Korban sambil membawa makanan yang menjadi simbol perdamaian.

Makanan yang dibawa biasanya ketan kunyit ayam panggang, kembang 7 warna dan kue-kue tradisional Palembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: