Fenomena Dollar Kabur, Catatan Eksport Indonesia
Dr. Noviardi Ferzi --Jambi-independent.co.id
Fenomena ini membuat Indonesia rugi besar, terlebih lagi ketika booming komoditas yang menopang kinerja ekspor pada 2022. Dua tahun ini komoditi batubara, nikel, timah, minyak gas dan lainnya meningkat amat pesat, namun ironinya, tak semua uang itu beredar di Indonesia.
Data Bea dan Cukai (DJBC), sejak 2021 hingga 2022 terdapat 216 eksportir yang tidak menempatkan Dana Hasil Ekspor (DHE) SDA di rekening khusus di dalam negeri. Dari jumlah tersebut, eksportir hasil tambang mendominasi.
Sektor pertambangan menjadi salah penyumbang terbesar dari total pengenaan sanksi DHE SDA 2021-2022, di mana nilainya mencapai Rp 53 miliar.
BACA JUGA:Resmi! CPNS 2023 Dibuka untuk Umum, MenPAN RB Sebut 3 Formasi Ini Paling Dibutuhkan
BACA JUGA:Anda Tak Ingin Hamil? Lakukan Hal Ini Saat Bermain Cinta
Dalam kaidah ekonomi kalau devisa tidak masuk, disebut ekonomi bocor. Hal ini bukan mengurangi cadangan devisa sekaligus juga mengurangi kemampuan penambahan uang beredar.
Karena, jika eksportir menaruh devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri dalam kurun waktu tertentu. Cadangan devisa dan fundamental Indonesia semakin kuat.
Tambahan uang beredar itu akan sangat langsung pada perputaran ekonomi, penyaluran kredit perbankan meningkat, ekonomi akan membesar dan tumbuh akibat valuta asing yang masuk, akibat ekspor-impor.
Pada tahun 2022 lalu, Indonesia sukses membukukan ekspor senilai US$ 291,98 miliar. Angka ini adalah nilai ekspor tertinggi dalam sejarah. Namun ironisnya, cadangan devisa (cadev) justru menurun US$ 7,7 miliar sepanjang tahun lalu, dibandingkan posisi US$ 144,91 miliar pada Desember 2021.
BACA JUGA:Anda Tak Ingin Hamil? Lakukan Hal Ini Saat Bermain Cinta
BACA JUGA:Dinilai Gagal, Komisi VII DPR Desak Pemerintah Copot Kepala BRIN
Sebagai catatan, nilai ekspor sepanjang 2022 meningkat 26,07% dibandingkan 2021. Secara nominal, ekspor 2022 lebih tinggi US$ 60,37 miliar dibandingkan kumulatif ekspor pada 2021 yang tercatat US$ 231,61 miliar.
Dengan demikian ada gap besar dari pencatatan cadangan devisa dengan hasil ekspor yang fantastis selama 2022. Fenomena ini disebut sebagai ekonomi Indonesia bocor.
Catatan Bank Indonesia, semua ekspor yang masuk devisanya hanya 80% - 81%, ada sekitar 19%-20% tidak masuk ke dalam negeri. Apesnya lagi dari 20 % ini yang ditukar ke rupiah, hanya 15%.
Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap pasokan dolar di Indonesia. Buktinya, pada September 2022, pertumbuhan penghimpunan DPK valas hanya mencapai 8,4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: