Pendidikan Ruhani Berbasis Kecerdasan Ruhiologi
Iskandar, S.Ag.,M.Pd.,M.S.I.,M.H., Ph.D-ist/jambi-independent.co.id-
Pengetahuan yang luas (kebijaksanaan dan kecerdasan) mengacu pada nikmat indera/persepsi yang melekat di dalam ruh, sedangkan pengetahuan jasmani mengacu pada hasil yang dibawa oleh nikmat indera/persepsi tersebut yang ditemukan di dalam ruh.
Pembentukan spritualitas yang baik dan benar sangat diperhatikan oleh agama, Rasulallah saw sangat memerhatikan pembinaan rohani untuk memperdalam keimanan dan ketakwaan.
Tidak disangkal lagi bahwa hal itu merupakan fase penting dalam mempersiapkan mental kaum muslimin sehingga mereka pun berada dalam kesiapan total untuk mengubah perilaku, kebiasaan, pikiran, dan sistem hidup secara total (Najati, Muhammad Utsman, 2005).
Salat lah satu-satunya cara menyembah Allah swt dan dalam al-Qur’an disebutkan bahwa tujuan shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. “Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”. (al-Ankabut:45)
Inilah pendidikan ruhani yang berimplikasi pada perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang erat antara ibadah yang telah Allah SWT tetapkan dengan implikasinya dalam kehidupan sosial.
Paradigma kecedasan yang lazim digunakan selama ini, yaitu IQ, EQ, SQ belum mampu menjawab tujuan Pendidikan secara komprehensip terutama yang terkait dengan membangun dimensi iman, taqwa dan ahlak mulia.
Untuk itu perlu penerapan paradigma pendidikan ruhani untuk memberi pesan kebaikan dan kebenaran yang hakiki yang menjadi kekuatan membimbing paradigma kecerdasan IQ, EQ dan SQ dalam membangun pendidikan holistic untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional (Iskandar et al., 2019) (Gebre et al., 2015).
Pendidikan ruhani merupakan proses manusia memahami ruh sebagai sumber kecerdasan yang tertinggi yang diberikan langsung oleh Allah kepada setiap manusia yang dapat mempengaruhi kesadaran melalui nikmat/rasa yang terpancar dalam suara hati kebenaran.
Ini merupakan sumber dari kecerdasan hakiki yang menggerakan potensi kecerdasan yang dimiliki oleh manusia yang mempengaruhi diri dalam mengambil keputusan atau melakukan pilihan dalam berperilaku.
Merujuk pada pendapat Ushuluddin et al., (2021), tentang ruh yang ada dalam diri setiap manusia sebagai sumber kecerdasan yang dijelaskan dalam konsep kecerdasan spiritual Spiritual Quotient (SQ) sebelum ini belum menawarkan pengetahuan penting yang mampu menjelaskan asal usul kecerdasan kita.
Ruh sebagai sumber kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam, Ruhani Quotient yang mengacu pada nash (kitab suci), yang terutama diperoleh dari ayat-ayat Alquran suci atau tafsir ulama mengenai konsep ruh yang ditulis dalam berbagai buku klasik.
Informasi yang diperoleh dari berbagai referensi ini kemudian dikategorikan ke dalam konsep yang relevan dan disajikan secara deskriptif-interpretatif .
Dimensi ruhani dalam diri manusia adalah inti dari anatomi spritual yang melakukan pendakian atau perjalanan mi’raj dalam rangka berdialog dengan Allah swt, sebuah proses transendensi berpindahnya jiwa menuju Allah SWT.
Melalui salat manusia bisa berdialog dan berkomunikasi dengan Allah SWT. Salat adalah kontak langsung antara hamba dengan Allah SWT.
Siapa yang salat dengan khusyu’ maka tiada hijab antara Allah SWT dengan hambanya terjadi komunikasi bathin seperti saat dalam posisi sujud dengan menyadari diri sebagai seorang hamba Allah yang merasa tidak ada apa-apanya dan merasa hina serta kecil di hadapan-Nya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: