Review Film Berjudul RM: Right People, Wrong Place

Review Film Berjudul RM: Right People, Wrong Place

Review Film Berjudul RM: Right People, Wrong Place--

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Film ini menjadi jendela intim yang membawa penonton menyusuri perjalanan rumit seorang RM dalam menemukan jati dirinya setelah lebih dari 13 tahun berkarier sebagai idol K-Pop bersama BTS. Dalam karya ini, RM mengungkapkan keraguan yang mengganggu sebagai seorang musisi, sementara album "RPWP" menjadi upayanya untuk mencari dan menjawab pertanyaan mendasar yang menggelayuti pikirannya.

Bagi penggemar, "Right People Wrong Place" bukan sekadar dokumenter; ini adalah sebuah meditasi visual yang menggambarkan pencarian seorang seniman dalam memahami diri di persimpangan karier dan kehidupan. Berbeda dengan dokumenter solo yang dirilis oleh rekan-rekannya, film ini tidak menyertakan rekaman penampilan langsung dari lagu-lagu dalam album.

Keputusan ini mungkin dipengaruhi oleh fakta bahwa RM merilis album "RPWP" saat menjalani wajib militer. Ia dengan sengaja mengajak penonton untuk turut merasakan proses kreatifnya, alih-alih hanya menyaksikan pertunjukan panggung.

Oleh karena itu, bagi mereka yang belum akrab dengan sosok RM dan musiknya, dokumenter ini mungkin terasa monoton, karena dipenuhi dengan percakapan dan cerita yang mengajak penonton menemani RM "berproses" dalam menciptakan album "RPWP" yang menjadi titik balik bagi Kim Nam-joon.

BACA JUGA:Ini Pendapat Novel Baswedan Terkait OTT KPK, dalam Penegakan Hukum Kasus Korupsi

BACA JUGA:PLN Sukses Fasilitasi Mudik Nataru dengan Kendaraan Listrik di Jambi

Bagi saya, dokumenter ini terasa sangat pribadi. Sepanjang film, RM mengungkapkan berbagai emosinya—mulai dari keraguan yang menghimpit, optimisme yang datang dan pergi, hingga keletihan emosional yang hampir menghambat imajinasi kreatifnya.

Sementara banyak dokumenter lainnya lebih fokus pada gemerlap konser atau perjalanan meraih kesuksesan, "Right People Wrong Place" justru menceritakan kisah seorang seniman yang tersesat dalam pencariannya. Di tengah usahanya, ia menemukan orang-orang yang membantunya dalam proses tersebut.

Karena keintiman ini, dokumenter ini terasa sempurna bagi saya sebagai penggemar, yang merasa bisa mengenal sisi lain dari RM atau Kim Nam-joon setelah bertahun-tahun mengaguminya. Secara tidak langsung, RM juga menyampaikan harapan kepada banyak penggemar, termasuk saya, bahwa merasa "tersesat" bukanlah tanda kegagalan—kita harus terus mencari, meskipun telah memasuki usia 30-an.

Selama ini, RM dikenal sebagai sosok yang kuat, penulis lirik yang tajam, dan pemimpin BTS, boyband yang menjadi fenomena musik global terbesar dalam sejarah. Namun, di balik status megah tersebut, RM juga seorang individu yang menghadapi pertanyaan-pertanyaan tentang dirinya sendiri. Film ini memperlihatkan sisi eksperimental RM. 

BACA JUGA:Telkomsel Kembali Perluas Jaringan 5G di Jabodetabek dengan Dukungan Hyper AI Autonomous Network

BACA JUGA:Cek, Ini Daftar 152 Gugatan Pilkada 2024 di Mahkamah Konstitusi, Termasuk Jambi

Ia bereksperimen dengan warna dan genre baru di luar BTS dan K-Pop, dengan berkolaborasi bersama berbagai musisi dan produser, termasuk San Yawn dari Balming Tiger sebagai kolaborator utama album, penyanyi-penulis lagu asal Amerika, Moses Sumney, rapper Inggris-Nigeria, Little Simz, hingga duo jazz, Domi and JD Beck.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: