Perbankan Wajib Tahu! Ini Kabar Baik dari Bank Indonesia
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Bank Indonesia (BI) telah menambah likuiditas atau melakukan quantitative easing di perbankan sebesar Rp 10,34 triliun sejak 1 Januari hingga 8 Februari 2022.
Hal itu menjadi angin segar bagi perbankan karena kondisi likuiditas menjadi tetap longgar.
Selain itu bank sentral juga melanjutkan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2022 sebesar Rp 3,56 triliun.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan pembelian SBN dilakukan melalui mekanisme lelang utama sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BI yang berlaku hingga 31 Desember 2022.
"Kondisi likuiditas yang tetap longgar sejalan dengan dampak sinergi kebijakan BI dengan pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Februari 2022 di Jakarta, Kamis.
Adapun kondisi tersebut tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) Desember 2021 yang tinggi mencapai 35,12 persen, serta Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 12,21 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Perry membeberkan likuiditas perekonomian juga meningkat, yang tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) pada Desember 2021 yang tumbuh meningkat masing-masing sebesar 17,9 persen (yoy) dan 13,9 persen (yoy).
"Pertumbuhan uang beredar tersebut terutama didukung oleh berlanjutnya ekspansi fiskal dan peningkatan kredit perbankan," ucap dia.
Intermediasi perbankan, kata Perry Warjiyo, terus membaik dengan pertumbuhan kredit sebesar 5,24 persen (yoy) pada Desember 2021.
"Seiring dengan permintaan kredit yang terus mengalami perbaikan sejalan dengan meningkatnya aktivitas korporasi dan rumah tangga," imbuhnya.
Perry melihat itu dari sisi penawaran, standar penyaluran kredit terus melonggar khususnya untuk kredit investasi dan modal kerja, seiring dengan menurunnya persepsi risiko kredit.
Pertumbuhan kredit UMKM juga meningkat didorong oleh meningkatnya permintaan sejalan dengan pemulihan aktivitas dunia usaha dan dukungan program pemerintah.
"Pemulihan kinerja korporasi diprakirakan berlanjut, yang tercermin dari berlanjutnya perbaikan penjualan dan belanja modal (capital expenditure)," ucap Perry.
Perry Warjiyo mengungkapkan beberapa sektor menunjukkan kesiapan untuk memenuhi peningkatan permintaan khususnya sektor komoditas dan manufaktur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: