Jadi Pemateri, Anggota DPRD Kemas Alfarabi Paparkan Tentang Islam dan Keindonesiaan
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAMBI - Anggota DPRD Provinsi Jambi dari Fraksi PKB, Kemas Alfarabi menjadi pemateri pada acara Mapaba PMII Komisariat Unja di aula Kesbangpol Provinsi Jambi, Minggu (19/9).
Kepada mahasiswa, Alfarabi menyebut bahwa saat ini hidup pada zaman tatanan baru dan kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, mendorong dinamika perubahan dunia di era digital menuju era revolusi industri 4.0.
Sebagai bangsa yang majemuk dan memiliki sejarah panjang kebhinekaan, masa depan kemajuan bangsa kata dia ditentukan dengan semangat kebersamaan dan semangat kebangsaan, konsep Islam inklusif yang rahmatan lil alamin yang toleran membawa manfaat dan kebaikan kepada seluruh umat manusia.
Putra pendiri Fakultas Kedokteran Unja ini menjelaskan, di samping tugas untuk belajar, juga pentingnya peran ideologi dalam kebangkitan gerakan dan aktivitas kelompok intelektual.
"Karena hakikat dari gerakan mahasiswa adalah proses perubahan, tuntutan dan tantangan masa depan dengan kesadaran jati diri dan budaya bangsa, dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi," ujarnya.
Bang Al, sapaan akrabnya, juga menjelaskan tentang Islam dan Keindonesiaan dengan mengawali dari sejarah nusantara pada abad ke-4. Di mana, telah berdiri kerajaan Hindu di Kutai Kerajaan Budha di Sriwijaya pada abad ke-7 dengan peninggalan candi dan prasasti
Kemudian, berdasar catatan Marcopolo dan Ibnu batutah pada abad 12 telah berdiri Kesultanan Islam di Sumatera dan Abad 14 di pulau Jawa, hingga Portugis mendarat di Maluku pada 1512 dan Belanda pada 1596 di Banten melakukan kolonialisme selama ratusan tahun.
Hingga awal abad 20, muncul gerakan perjuangan pergerakan nasional yang dipelopori golongan terpelajar yang mendirikan organisasi menentang diskriminasi rasial.
Anggota Komisi 1 DPRD Provinsi Jambi ini mengatakan, fakta membuktikan penyebaran agama Islam tidak dilakukan dengan peperangan dan pemberangusan budaya setempat. Namun, dakwah yang merangkul dan menjadi relasi antara universalitas islam, budaya lokal dan budaya arab. Dengan mempertimbangkan realitas sosio historis nusantara yang majemuk dan pluralistik, dalam ajaran agama islam diajarkan tentang ukhuwah (persaudaraan).(*/tav)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: