Tantangan Bank 9 Jambi di Usia ke 59 tahun
Oleh Dr. Noviardi Ferzi
Sejatinya Hari Ulang mesti juga dirayakan dengan kesadaran, sadar akan tantangan dan senantiasa bergairah akan harapan. Di usia ke 59 tahun, Bank 9 Jambi, tentu banyak capaian yang telah diraih, di usia ini ke 59 tahun ini, semakin tinggi pula tantangan kedepannya. Salah satunya adalah kondisi perekonomian yang belum pulih secara signifikan di fase Endemi Pandemi Covid 19.
Di usia sekarang, dari sisi Bisnis Bank 9 Jambi memiliki tugas untuk terus memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan dan perekonomian daerah. Dalam hal ini Manajemen Bank 9 Jambi dituntut terus melakukan terobosan dan inovasi dalam rangka mewujudkan visi dan misi bank.
Bicara potensi, Bank 9 Jambi berhadapan potensi besar berupa moncernya sektor komoditas Sumber Daya Alam (SDA, perkebunanan dan tambang. Potensi ini membuat Jambi dilirik dunia luar, termasuk dari perbankan nasional, akan semakin banyaknya bank nasional maupun bank asing beroperasi di daerah, inilah potensi yang juga menjadi tantangan.
Terlepas dari konstraksi ekonomi Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jambi mencatatkan kinerja yang cukup baik untuk posisi semester 1 2021 ditandai dengan perolehan laba setelah pajak tumbuh 25,39 persen (yoy) sebesar Rp168 miliar.
Dari sisi aset terapresiasi sebesar 18,48 persen (yoy) di samping penyaluran kredit dan pembiayaan yang tumbuh masing-masing sebesar 8,93 persen dan 6,79 persen (yoy) menjadi sebesar Rp7,882 triliun dan Rp823 miliar dengan komposisi produktif 14,82 persen terhadap total kredit, namun secara "year to date" (ytd) masih mengalami sedikit perlambatan dan hanya mencapai 2,7 persen dari posisi akhir Desember 2020.
Perlambatan tersebut sejalan dengan permintaan domestik yang lemah dan kehati-hatian Bank Jambi akibat makin merebaknya Covid-19.
Dana pihak ketiga tumbuh 27,91 persen (yoy) menjadi sebesar Rp10,456 triliun, cukup signifikan di tengah pandemi ini. Rasio BOPO masih di bawah ketentuan regulasi yaitu pada level 70,55 persen sebagai wujud keberhasilan program efisiensi biaya,sementara NPL mengalami penurunan menjadi 1,02 persen dari 1,10 persen pada semester 1 2020.
Pencapaian di atas tentunya tidak lepas dari keberhasilan beberapa program unggulan dengan mengusung konsep digitalisasi di antaranya, pertama program Channel 9 yang memang diperuntukkan bagi UMKM, masjid, warung, koperasi, sekolah dan pesantren, laku pandai, QRIS, Rumah Pangan Kita (RPK) dan berikutnya Program Dana PEN.
Di era digitalisasi, tantangan yang sebenarnya Bank 9 Jambi adalah digitalisasi layanan. Tingginya tuntutan masyarakat berbasis teknologi dalam satu paket produk dan layanan.
Faktanya, hari ini generasi milenial menguasai lebih 40 persen populasi Indonesia, menentukan bank harus mengakomodir para kaum milenial bertransaksi dengan bank sesuai kebiasaan kaum milenial.
Semakin massive-nya perkembangan industri baru bernama financial technology atau nama kerennya FinTech Indonesia membuat masyarakat dihadapkan pada beragam jenis layanan yang disediakan bukan oleh lembaga jasa keuangan perbankan, seperti pembayaran, peminjaman (lending), perencanaan keuangan (personal finance), investasi ritel, pembiayaan (crowdfunding), remitansi, riset keuangan, dan lainnya. Sehingga di pengembangan IT (Internet Banking, BPD Net Online, dan lainnya) harus selalu menjadi fokus.
Pengembangan Internet Banking penting untuk dilakukan dalam rangka memperluas layanan transaksi keuangan bagi nasabah. Inovasi tersebut merupakan sebuah keharusan sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan bank untuk mengakomodir seluruh kebutuhan layanan transaksi keuangan nasabah, termasuk transaksi non tunai yang sedangkan digalakkan regulator dan pemerintah.
Kemudian perluasan jaringan kantor di pedalaman dan perbatasan. Wacana layanan industri perbankan ke depan yang mengarah pada Digital Banking dengan konsep Branchless Banking (layanan tanpa kantor), merupakan sebuah isu akan dipandang dari sudut yang berbeda oleh Bank 9 Jambi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: