JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, KOTA JAMBI, JAMBI – Peristiwa perdagangan anak di bawah umur, yang melibatkan pelaku di bawah umur, tentu mengejutkan banyak pihak. Bagaimana tidak, dengan iming-iming uang dan Iphone, mereka mau ditiduri.
Ini juga tak terlepas dari gaya hidup anak muda zaman sekarang. Mereka lebih mengutamakan gaya hidup mewah. Gaya yang berlebihan, malah bisa menjerumuskan mereka ke hal-hal negatif. Seperti menjual diri dan lainnya.
Dosen Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Saifuddin Jambi, Ridwan mengatakan, anak muda saat ini rela melakukan apa saja untuk bisa eksis dan berpenampilan dengan style yang menarik.
“Anak muda yang terbatas akan materi, apalagi wanita malah lebih mudah terpancing dengan hal yang menggiurkan untuk mencukupi kebutuhan demi penampilan yang mewah,” kata dia, Senin (27/12).
Menurut Ridwan, selain karena penampilan dan gaya hidup, tekadang kasus ini dipicu karena anak yang masih usia dini maupun anak yang beranjak ke dewasa lebih mudah tergiur. Apalagi ditawari atau diiming-iming uang dengan jumlah besar dan barang mewah lainnya.
“Karena ini mereka sering terjebak dengan penampilan yang lebih dihadapan teman-temannya. Ketika mereka sudah terjebak mereka bisa langsung terjerumus, meski dengan orang yang tak dikenal untuk menawarkan atau menjanjikan uang lebih ke dirinya,” sebutnya.
Kata dia, jika anak muda sudah tergiur dan merasakan keistimewaan tersebut, mereka tak memperdulikan akibatnya yang akan terjadi ke depannya. Karena mereka bisa pergi ke mana pun dia suka dan mendapatkan dengan mudah apa yang mereka inginkan.
Janji manis dan keistimewaan yang ditawarkan kepada anak muda ini adalah hal yang paling mudah bagi pelaku untuk mencari korban dan menjadikannya Pekerja Seks Komersial (PSK). Pasalnya pelaku juga membutuhkan uang yang didapat dengan praktis dan mudah.
“Bagi pelaku perdagangan anak ini, baginya adalah bisnis. Karena ada uang di dalamnya. Jadi semua pelaku ini harus punya kecerdasan untuk mendapatkan uang yang cepat dari para korbannya,” jelasnya.
Ini terjadi juga karena ada pembeli yang mencoba menawarkan diri, sehingga ini dimanfaatkan para pelaku, apalagi para gadis belia. Supaya kasus tersebut tak terjadi lagi, anak muda atau gadis muda harus membuka mindset, untuk mendapatkan sesuatu apa yang diinginkan tersebut tidak mudah, dan tidak instan. Butuh usaha dan kerja keras, anak yang suka berpenampilan mewah ini sebenarnya juga harus disadarkan dan gambaran dari oarangtua khususnya terkait gaya hidup.
“Karena anak-anak ini lebih mudah dirayu, jadi orangtua harus menanamkan dalam diri anak agar tak mudah percaya dengan orang yang tak dikenal, kemudian berpenampilan sesuai dengan kebutuhan saja,” ungkapnya.
Kemudian ia meminta agar meningkatkan komunikasi dengan anak, sehingga pengaruh dari orang lain tak mudah masuk ke anak. “Kadang ada anak yang mampu namun terjerumus juga. Ini karena hubungan komunikasi dan relasi dengan orangtua yang tak bagus. Sehingga mereka juga bisa terjerumus,” tandasnya.
Sementara itu, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Kota Jambi, ikut turun tangan melakukan pendampingan kepada para korban yang mengalami trauma atas kasus ini.
"Tugas kami dari lembaga perlindungan anak adalah memberi support dan pendampingan kepada para korban agar tetap dapat hidup dengan nyaman di lingkungan keluarga dan sekitarnya," kata Meri Marwati dari LPAI Kota Jambi, Senin (27/12).
Meri menyebut, bahwa saat ini kondisi para korban cukup baik, namun memang ada beberapa korban yang menangis dan tidak nyaman.
"Kita terus berkomunikasi dengan Tim dari PPA Polresta Jambi untuk memantau dan memberi pendampingan kepada para korban ini, " jelasnya.
Perkenalan antara para pelaku dan korban disebut Meri dari salah satu aplikasi kencan. Kemudian dari sanalah para korban ini terbujuk rayu dari para pelaku.
"Kita harap pengawasan dari orang tua ya agar dapat mengetahui gerak-gerik dari anaknya, langkah selanjutnya kami akan melakukan pendampingan kepada korban sampai kasus ini tuntas, " pungkasnya. (slt/dra)
Jual Diri Demi Eksis
Selasa 28-12-2021,09:08 WIB
Kategori :