JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menegaskan, bahwa tidak ada gunanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi tingkat kemiskinan masih tinggi.
“Saya agak sedikit emosional kalau soal ini. Karena tidak ada gunanya ekonomi, banyak masyarakat rakyat miskin semakin miskin,” kata Suharso, dalam Webinar Membangun Optimisme Baru untuk Mendorong Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, di Jakarta, ditulis Sabtu (27/11/2021).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang.
Secara persentase jumlah penduduk miskin Indonesia sekitar 10,14 persen. Angka itu turun 0,05 persen dibandingkan September 2020 yang sebesar 10,19 persen. Di mana pada September 2020 tercatat 27,55 juta penduduk.
Sementara angka pengangguran mengalami penurunan dari 7,07 persen di 2020 menjadi 6,49 persen per Agustus 2021.
Per Agustus 2021, jumlah pengangguran sebanyak 9,10 juta orang, lebih rendah dari Agustus tahun lalu sebanyak 9,77 juta orang. Adapun pada tahun 2019 jumlah pengangguran tercatat 7,10 juta orang.
“Pandemi Covid-19 semakin mengancam sendi-sendi kehidupan manusia terutama di sektor ketenagakerjaan. Bappenas menghitung tingkat pendapatan yang hilang akibat pandemi nilainya bisa 19,9 persen dari PDB 2019,” ungkapnya.
Bukan hanya itu, lanjut Suharso, pandemi ini juga mengakibatkan produktivitas tenaga kerja itu menurun 21,3 juta pekerja. Tentu ini merupakan dampak yang luar biasa.
“Nah apalagi covid ini ternyata juga mengancam jam-jam kehilangan jam belajar bagi anak-anak kita,” pungkasnya. (der/fin)