JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, MUARASABAK, JAMBI - Selain harus pintar membaca cuaca dan situasi di tengah laut saat mencari tangkapan, para nelayan juga harus pandai merakit jaring yang akan dipakai untuk mencari ikan dan udang nantinya. Sebab, jaring yang merupakan alat tangkap tradisional ini adalah perlengkapan utama seorang nelayan untuk mencari rezeki.
Beberapa nelayan memiliki trik khusus dalam merakit jaring agar jaring tersebut bisa dipergunakan dengan mudah dan bisa memperoleh hasil tangkapan sesuasi dengan harapan.
Yusuf, salah seorang nelayan Kecamatan Kualajambi, Kabupaten Tanjab Timur, mengatakan, ilmu melaut (menjaring) dan keterampilan membuat jaring diperoleh secara turun temurun dari orang tuanya.
"Kalau saya ikut melaut dan jadi nelayan ini sudah dari kelas 5 SD. Pengalaman saya jadi nelayan ini dari orang tua karena sering ikut melaut. Saya jadi tahu cara menjaring ikan, melihat kondisi cuaca dan cara menjahit jaring," ucap ayah lima anak itu.
Sekali melaut biaya yang dikeluarkan biasanya sekitar Rp 200 ribu untuk keperluan BBM dan umpan yang dipasang jaring udang ketak tersebut. "Jarak tempuh saya melaut paling satu jam atau satu kilometer dari tepi laut rumah-rumah nelayan sini. Soalnya kendaraan yang saya pakai melaut ini ukurannya kecil, sejenis perahu mesin, buka seperti pompong orang tua saya dulu. Jadi saya tidak berani melaut terlalu jauh keluar, karena memikirkan keselamatan juga," jelasnya.
Saat ini, kendala yang dihadapi para nelayan udang ketak, yaitu terkait hasil tangkapan yang kurang memuaskan dan ditambah lagi harga jual yang merosot drastis. Sebelumnya, harga jual satu ekor udang ketak berkisar di angka Rp 80-85 ribu per ekor. Tetapi saat ini harga jual udang ketak ukuran jumbo hanya dibandrol oleh pengelul di harga Rp 30-35 ribu saja.
Pada bagian depan rumah semi permanen berbentuk panggung miliknya yang berukuran sekitar 5x12 meter persegi, banyak tergantung jaring-jaring hasil jahitannya bersama istri dan anaknya.
"Satu bentang jaring itu tingginya sekitar 1 meter dengan lebar atas 28 depa dan ukuran bawah 35 depa. Bagian atas dan bawah jaring ukurannya tidak boleh sama, kalau sama ukurannya nanti pas dipakai jaring dia begulung. Jaring udang ketak ini tidak bisa dipakai untuk jaring ikan, karena bentuk dan kualitas senarnya berbeda," terangnya.
Dalam satu bulan, dirinya harus mengganti jaring tangkap ini sebanyak dua kali. Sebab, ketahanan satu jaring tersebut hanya sekitar 10 sampai 12 kali pakai saja. Yusuf berharap bantuan pompong pemerintah agar bisa maksimal dalam melaut dengan jarak tempuh lebih jauh. "Kalau untuk peralatsn jaring ini banyak dijual di wilayah sini, jadi kami dak susah-susah nyarinya," tandasnya. (pan/ira)