Buya Syafii lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau, pada 31 Mei 1935, dari satu keluarga yang sederhana.
BACA JUGA:Ini 4 Penyebab Remote Kunci Mobil Tiba-Tiba Rusak
BACA JUGA:Ini Sebabnya Indonesia Tidak Perlu Khawatir Terkait Pembatasan Ekspor Gula India
Semasa mengeyam pendidikan di jurusan Sejarah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta, Syafii muda pernah menggeluti beberapa pekerjaan demi menyambung kehidupan, di antaranya menjadi guru mengaji, buruh, pelayan toko, berdagang serta guru honorer.
Dia juga pernah berkecimpung di dunia jurnalistik, dengan menjadi redaktur majalah Suara Muhammadiyah hingga sebagai anggota Persatuan Wartawan Indonesia.
Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini meraih gelar master di Departemen Sejarah Universitas Ohio, AS.
Kemudian gelar doktor diperolehnya dari program studi Bahasa dan Peradaban Timur Dekat, Universitas Chicago, AS, dengan disertasinya berjudul "Islam as the Basis of State: A Study of the Islamic Political Ideas as Reflected in the Constituent Assembly Debates in Indonesia".
BACA JUGA:Airlangga: Buya Syafii Bukan Hanya Negawaran, Tapi Bapak Bagi Rakyat Indonesia
BACA JUGA:Minta Kepsek Mundur, Siswa SMAN 3 Muarojambi Mogok Belajar, Anggota Dewan Langsung Datang
Syafii menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005, menggantikan Amien Rais.
Setelah tak lagi menjabat di PP Muhammadiyah, Syafii kemudian aktif di lembaga advokasi dan pendidikan yang didirikannya, yakni Maarif Institute.
Syafii juga dikenal sebagai penulis. Banyak pemikirannya yang mewarnai dunia Islam. Pada Tahun 2015 Syafii pernah menjadi Ketua Tim Independen yang mengatasi konflik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.
Seperti dikutip disway.id, dari Antaranews.com sejak 28 Februari 2018 hingga akhir hayatnya, Syafii menjabat sebagai anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Tak hanya itu, Syafii juga menjabat sebagai Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP). Syafii dikenal sebagai tokoh bangsa yang tidak haus harta dan kekuasaan.
Buya Syafii seorang tokoh yang langka karena beliau dikenal sebagai tokoh yang tidak haus dengan harta dan kekuasaan. Hidup terbilang sederhana sehingga banyak orang yang terkejut apabila berhadapan dengannya.
Syafii juga dikenal sebagai sosok pantang menyerah serta teguh memegang prinsip. Nilai-nilai ajaran agama sangat kental mewarnai sikap dan kepribadiannya.
BACA JUGA:Duh, Pencarian Anak Ridwan Kami Dihentikan, Ini Alasan Tim SAR Setempat
BACA JUGA: Putra Sulung Ridwan Kamil Terseret Arus Sungai di Swiss, Pemprov Jabar Gelar Doa Bersama
Syafii kerap mengingatkan bahwa Muhammadiyah tidak hanya sebagai gerakan Islam, gerakan tajdid (pembaru) dan dakwah amar makruf nahi munkar, tetapi juga sebagai gerakan ilmu.