“Hal tersebut merupakan sesuatu yang melanggar aturan adat terutama bagi perempuan,” katanya sambil menunjuk salah satu anak perempuan di keluarga Bepayung yang tidak sekolah. Wawan mengatakan hal tersebut karena faktor dari keluarga yaitu paman dan neneknya tidak mendukung, sehingga anak tersebut tidak sekolah.
“Orang tuanya mendukung, anak perempuan tersebut juga ingin sekali untuk sekolah. tetapi paman dan nenek tidak mendukung,” Ucapnya sambil menunjukkan ekspresi sedih. Wawan bercerita bahwa keluarga Bepayung belum semuanya bisa untuk keluar dan masih di dalam hutan, tetapi kalau untuk belajar bersama bisa dilakukan.
Wawan mengutarakan harapannya. “Saya berharap anak-anak SAD pendidikannya cukup dan setara dengan anak-anak di luar sana. Minimal satu atau dua anak menjadi gamabaran bagi orang tua dan anak-anak lainnya,” kata Wawan dengan mata berkaca-kaca.
BACA JUGA:Putus Dengan Pembalap MotoGP John Hopkins, Nikita Mirzani Menangis
BACA JUGA:Polisi Bakal Kirim Dokter dan Trauma Healing untuk Ibu Mendiang Brigadir Yosua
Rutinitas mengajar yang sering dilakukan Wawan setiap hari rupanya tidak membuatnya jenuh karena hal tersebut merupakan hal yang disukainya terutama berada di hutan. Menurutnya hal tersebut merupakan hiburan sehabis mengajar sambil ditemani kopi hangat di pinggir sungai. (*/rib)