JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID -Kementerian BUMN mengumumkan pembentukan perusahaan baterai yang bernama PT Industri Baterai Indonesia (IBI) atau Indonesia Battery Corporation (IBC).
Holding IBI terdiri dari Mining Industri Indonesia (Mind ID), PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang Tbk. (Antam), PT Pertamina, dan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Selain itu, kerja sama dengan Konsorsium Hyundai, pembentukan perusahaan ini juga melibatkan Korporasi KIA, Mobis Hyundai, dan LG Energy Solution.
PT IBI direncanakan memiliki kapasitas produksi sebesar 140 gigawatt hour (GWh).
BACA JUGA:Mini Bus Tabrak Belakang Truk,Terseret Hingga 2 Km
BACA JUGA:Pendaftaran Perwira PK TNI 2022 Dibuka, Ini Jurusan yang Dibutuhkan
Diperkirakan bahwa 50 GWh sel baterai yang diproduksi IBI akan diekspor ke luar negeri.
Kemudian, sisanya akan digunakan industri baterai di Indonesia untuk memproduksi mobil listrik seperti dikutip dari JPNN.com
Pengamat otomotif Bebin Djuana menilai kehadiran pabrik baterai Indonesia bisa menekan harga kendaraan listrik (EV) yang tergolong masih tinggi.
"Pabrik baterai di negara kita akan mulai berproduksi kurang lebih pada dua tahun lagi. Mungkin saat itulah akan terjadi penurunan harga (EV) di Indonesia," kata Bebin kepada ANTARA pada Kamis.
BACA JUGA:Komisi Yudisial Dukung KPK Bersih-Bersih Sektor Peradilan
Bebin melanjutkan meski pabrik baterai telah hadir di Indonesia, tidak langsung menyelesaikan permasalahan. Terdapat sejumlah hal yang harus diperhatikan.
"Mulai dari skala produksi dari pabrik baterainya ada berapa banyak, seperti apa efisiensinya, varian baterainya apa saja, kalau bisa untuk mobil, motor, dan kendaraan komersial dalam saat yang sama," ujar dia menambahkan.
Di sisi lain, bukan rahasia bahwa penggerak mesin bertenaga baterai inilah yang membuat harga EV masih tinggi.
Menurut Bebin, EV sejak awal memang lebih mahal dari kendaraan konvensional lantaran teknologinya masih tergolong baru saat diperkenalkan dan minatnya masih rendah.
BACA JUGA:Festival Batanghari Tumbuhkan Semangat Sungai Batanghari Bisa Bersih Lagi
BACA JUGA:Meredakan Mual dan Muntah, Ini 3 Manfaat Rutin Konsumsi Pisang Bagi Ibu Hamil
"EV memang sejak awal lebih mahal dari kendaraan berbahan bakar fosil. Walaupun 3-4 tahun terakhir sudah ada penurunan harga karena perkembangan teknologi, baterai, dan volume produksi," ujar dia.
Saat disinggung apa opsi terbaik saat ini dalam transisi energi ramah lingkungan di sektor otomotif?
Bebin berpendapat bahwa penggunaan dan perkembangan transportasi publik yang beremisi nol bisa menjadi pilihan baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
"Yang didahulukan adalah public transportation, gantikan dengan bus, metromini, atau kopaja listrik. Jakarta akan punya LRT, dan ini adalah hal yang baik karena bisa mengangkut banyak orang dengan kendaraan listrik. Terapkan di sektor-sektor yang kesehariannya betul-betul (menjangkau) kilometer yang tinggi, seperti public transportation, logistik, bahkan ojol," pungkas Bebin. *