Jangan Ada Lagi Perundungan (Bullying) Anak

Jumat 28-07-2023,18:58 WIB
Reporter : Jambi Independent
Editor : Jambi Independent

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Perundungan sangat merusak psikis anak dan benamkan kualitas generasi penerus bangsa. 

Jika tidak ada langkah nyata yang terpadu untuk mencegah dan menanggulangi perundungan anak, satu abad Indonesia tahun 2045 dimana anak-anak saat ini akan menjadi penerus estafet kepemimpinan dan pembangunan, akan kehilangan kualitas dan daya saing.

Oleh: Refy Gabriella Vanesa, S.Psi 

Fenomena Bullying (perundungan) saat ini telah marak terjadi di Indonesia. 

Bullying dapat terjadi tidak hanya di lingkungan rumah dan kantor, namun bisa terjadi di lingkungan pendidikan seperti sekolah dan universitas.

BACA JUGA:Pj Bupati Bachyuni Dampingi Ketua TP PKK Peringati 10 Muharram di Ponpes Hidayatullah 

BACA JUGA:Pj Bupati Muaro Jambi Berikan Ribuan Bendera Gratis

Hal tersebut juga menjadi gambaran bahwa Bullying dapat terjadi kepada siapa saja, terutama pada anak-anak hingga remaja. 

Maraknya kasus perundungan anak memantik keprihatinan mendalam, apalagi kita baru saja memperingati Hari Anak Nasional pada 23 Juli. 

Kondisi ini juga mengirimkan pesan kepada publik bahwa perlindungan terhadap perundungan anak di Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

Baru-baru ini kasus Bullying (perundungan) semakin membuat hati menjadi pilu dan membara, seorang siswa SD di Banyuwangi ditemukan mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri di rumah karena merasa tidak kuat menahan bully yang dilakukan oleh teman sebayanya hanya karena ia tidak mempunyai ayah.

BACA JUGA:Curi Perhatian! Presiden Erdogan Wisuda 3 Anggota Polri Usai Ikuti Pendidikan 2 Tahun, 1 Orang Masuk 5 Besar 

BACA JUGA:Terkait Pembangunan Stockpile Batu Bara oleh PT SAS, Wali Kota Jambi Syarif Fasha Minta Stop

Beredar juga video yang diunggah di media sosial (YouTube) saat seorang siswi SD di Bukit Tinggi yang tidak berdaya menerima kekerasan fisik dari teman-temannya, tampak di video tersebut beberapa siswi yang seolah menikmati penyiksaan yang mereka lakukan karena mereka tertawa dengan bangga menghadap kamera setelah melakukan atau menyaksikan pemukulan kepada korban. 

Kasus lain, siswa SMP di Temanggung yang nekad melakukan pembakaran sekolahnya lantaran ia sudah enam bulan dibully seperti dikeroyok oleh kakak kelas dan teman satu kelas, serta menerima perlakuan tidak menyenangkan oleh salah satu oknum guru yang seharusnya memberikan perlindungan di sekolah, namun malah menaruhh luka di hati siswanya. 

Tags :
Kategori :

Terkait