Wihelmina adalah ahli waris mahkota Kerajaan Belanda. Uniknya, jika saat ini panjat pinang dilakukan setiap tanggal 17 Agustus, dahulu panjat pinang dilakukan setiap tanggal 31 Agustus yang merupakan hari ulang tahun ratu.
BACA JUGA:Asyik! Presiden Jokowi Umumkan Gaji ASN dan TNI Polri Naik 8 Persen, Pensiunan Naik 12 Persen
BACA JUGA:Jalan di Ampelu Hingga Tembesi Macet Panjang Akibat Truk Batu Bara
Ulang tahun ratu merupakan acara besar yang dirayakan keluarga, koleganya, kalangan bangsawan, dan koloni-koloni Belanda di belahan dunia lain.
Sehingga pada perayaan ulang tahunnya selalu dihadirkan hiburan panjat pinang yang sampai saat ini masih menjadi tradisi perlombaan di Indonesia.
Simbol Penindasan
Pada zaman kolonial peserta lomba panjat pinang adalah masyarakat Indonesia, sedangkan orang-orang Belanda hanyalah sebagai penonton.
Masyarakat Indonesia yang berusaha dengan susah payah saling injak-menginjak temannya untuk berusaha mendapatkan hadiah berupa barang-barang pokok yang saat itu bernilai tinggi menggambarkan bahwa saat itu masyarakat Indonesia miskin.
Sedangkan, orang-orang Belanda hanya menonton yang menurut mereka itu adalah pertunjukan yang menarik.
Mereka menikmati pertunjukan itu. Menurut mereka, itu adalah hiburan. Mereka tertawa melihat masyarakat Indonesia yang melakukan panjat pinang terjatuh, terinjak-injak, dan kesulitan.
Meskipun terdapat sisi pilu di dalam sejarah lomba panjat pinang, ada hal positif yang dapat kita ambil. Lomba panjat pinang juga menjadi simbol perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Para pejuang kemerdekaan berusaha dengan sekuat tenaga meskipun harus jatuh berkali-kali, terinjak, dan bahkan membahayakan diri mereka sendiri.
BACA JUGA:Agustus Penuh Kebahagiaan, Meraih Merdeka Bersama AHASS
BACA JUGA:Waduh! Galbay Pinjol dan Paylater Bisa Buat Susah Dapat Kerja, Buruan Cek SLIK OJK Kamu, Ini Caranya