Mereka menunjukkan bahwa Amerika Serikat telah memberikan penilaian positif terhadap kinerja pesawat ini, dan pelanggan lain seperti Polandia juga menunjukkan minat dalam pengembangan proyek ini.
BACA JUGA:Telkomsel Luncurkan Paket YouTube Premium dengan Harga Rp 49 Ribu dan Kuota Nonton 2 GB
Korea Selatan sendiri juga merasakan dampak dari kontroversi ini, terutama dalam menjual pesawat tempur F-15 Eagle II dan F-35 ke Indonesia.
Keputusan Indonesia untuk membeli F-15 Eagle II telah menimbulkan kekhawatiran di Korea Selatan, karena hal ini dapat mengganggu hubungan mereka dengan Amerika Serikat dan menghambat transaksi mereka dengan Indonesia.
Selain itu, proyek KF-21 Boramae sendiri berisiko terganggu jika Indonesia beralih ke pesawat tempur lain yang dianggap lebih baik.
Ketegangan antara Indonesia dan Korea Selatan dalam proyek KF-21 Boramae menyoroti kompleksitas hubungan diplomatik di tengah dinamika geopolitik regional.
BACA JUGA:WADUH..!! BBM Pertalite akan Dihapus, Pertamina Sebut Masyarakat Hanya Gunakan 3 Jenis BBM Ini
Indonesia memiliki tujuan untuk memastikan bahwa kewajiban dan keuntungan dalam proyek ini dihormati, sementara Korea Selatan perlu menjaga hubungan dengan Amerika Serikat dan menjamin kesuksesan proyek KF-21 Boramae.
Tantangan ini juga memunculkan pertanyaan tentang keberlanjutan proyek ini tanpa partisipasi Indonesia.
Meskipun Korea Selatan mungkin yakin bahwa proyek ini dapat terus berjalan, langkah semacam itu tentu akan memiliki dampak besar pada dinamika proyek dan hubungan bilateral antara kedua negara.
Sementara situasi ini terus berkembang, penting bagi kedua belah pihak untuk mengedepankan diplomasi dan dialog konstruktif guna mencapai solusi yang menguntungkan semua pihak dan menjaga kerjasama yang sudah terjalin. *