Orang-orang ini menjadi hiburan tersendiri bagi warga kampung, terlebih anak-anak. Karena mereka memasuki perkampungan dengan berjalan berlenggak-lenggok seperti penari.
BACA JUGA:Mutasi dari Jaksa Agung, Ini Nama Kajari Sarolangun yang Baru
BACA JUGA:Ide Mengolah Buntut Sapi: Ini Dia Resep Buntut Bakar
Hingga saat ini tradisi topeng labu masih di lestarikan oleh masyarakat.
Para remaja dan anak-anak antusias untuk melakukan tarian topeng labu ini. Sehingga perayaan topeng labu ini tidak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Desa Muaro Jambi.
Topeng labu ini juga memiliki makna yang mendalam terkait sejarah dan budayanya bagi masyarakat Desa Muara Jambi.
Dari tradisi ini memiliki simbol kebatinan dan keberanian, karena para penderita kusta ini mengenakan topeng labu sebagai tanda, bahwa mereka tabah dan berani dalam menghadapi penyakit ini.
BACA JUGA:5.043 UMKM Dapat Bantuan Modal Kerja Dumisake Jambi Mantap
BACA JUGA:Cek Disini Harga Terbaru iPhone SE 3, Performa Sama dengan iPhone 13 Pro Max
Pada masa kolonial, topeng labu dikenakan sebagai bentuk perlawanan terhadap para penjajah. Karena para penderita kusta, mereka menggunakan topeng labu untuk menyerang secara rahasia.
Selain itu topeng labu juga menggambarkan kesederhanaan dan kekayaan budaya lokal setempat.
Karena topeng ini terbuat dari labu yang di keringkan.
Tradisi ini juga dijadikan pertunjukan seni dan hiburan. Topeng labu tidak hanya sekedar tentang wabah penyakit dan perlawanan terhadap penjajah.
BACA JUGA:Gubernur Jambi Al Haris Usulkan Pembangunan Flyover Simpang Mayang ke Kementerian PUPR
Tetapi juga bentuk dari seni dan hiburan bagi masyarakat. Karena para pemain berlenggak-lenggok dengan semangat dan menghibur masyarakat.