JAKARTA, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Pada tahun ini, perayaan Idul Adha 2024 oleh Muhammadiyah dan Arab Saudi jatuh pada tanggal yang berbeda.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan metode penentuan awal bulan kamariah yang digunakan oleh masing-masing pihak.
Muhammadiyah menggunakan metode Wujudul Hilal, sementara Arab Saudi mengandalkan metode Rukyatul Hilal.
Metode Wujudul Hilal Muhammadiyah
Muhammadiyah menggunakan metode Wujudul Hilal untuk menentukan awal bulan kamariah.
BACA JUGA:Keseruan Daifest 2024 (Daihatsu Midyear Festival) Hadirkan Ragam Promo Menarik
Metode ini menetapkan bahwa bulan kamariah baru dimulai jika pada hari ke-29 bulan berjalan, saat matahari terbenam, terpenuhi tiga syarat.
Pertama adalah terjadi konjungsi atau ijtimak. Kedua, konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam. Sementara yang ketiga adalah, saat matahari terbenam, bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk.
Jika salah satu syarat tidak terpenuhi, bulan digenapkan menjadi 30 hari.
Pada 6 Juni 2024, yang bertepatan dengan 29 Zulqa’dah 1445 H menurut kalender Muhammadiyah, konjungsi belum terjadi ketika maghrib tiba.
BACA JUGA:Jokowi Bentuk Satgas Pemberantasan Judi Online, Menkopolhukam Jadi Ketua
BACA JUGA:Amalan Sunah Sebelum dan Sesudah Salat Idul Adha, Apakah Dianjurkan Puasa Sebelum Salat Idul Adha?
Konjungsi baru terjadi pada pukul 19:04 WIB, sehingga syarat untuk memulai bulan baru tidak terpenuhi.
Oleh karena itu, Muhammadiyah menggenapkan bulan Zulqa’dah menjadi 30 hari. Dengan demikian, 1 Zulhijah 1445 H ditetapkan pada Sabtu, 8 Juni 2024, dan Idul Adha jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.
Metode Rukyatul Hilal Arab Saudi
Sebaliknya, Arab Saudi menggunakan metode Rukyatul Hilal, yang mengandalkan pemantauan hilal (bulan sabit pertama) secara visual saat matahari terbenam pada tanggal 29 bulan kamariah.