Penelitian yang dilakukan oleh University of Pennsylvania menemukan bahwa penggunaan berlebihan media sosial dapat menyebabkan peningkatan gejala depresi dan kesepian.
Namun, penelitian ini tidak secara khusus menyebutkan bahwa memiliki second account menjadi penyebab langsung depresi.
Alih-alih, hal itu berhubungan dengan bagaimana individu menggunakan media sosial secara keseluruhan dan dampaknya terhadap kesehatan mental mereka.
Menurut psikolog klinis, memiliki second account sebenarnya bisa menjadi mekanisme coping yang sehat.
BACA JUGA:Timnas Spanyol Meraih Kemenangan Tipis 1-0 Atas Denmark di UEFA Nations League
BACA JUGA:Apa Saja Gejala Kanker Payudara? Inilah Penjelasan dari Ahli
Dengan adanya akun yang lebih pribadi, pengguna bisa lebih bebas mengekspresikan emosi atau beban mereka tanpa harus tampil "sempurna" seperti yang sering dituntut oleh masyarakat online di akun utama.
Ini memberikan rasa aman dan keintiman, yang dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.
Secara psikologis, memiliki second account di media sosial bukanlah tanda langsung dari depresi, melainkan lebih kepada cara untuk mengekspresikan diri tanpa tekanan sosial.
Meskipun media sosial bisa mempengaruhi kesehatan mental, second account sering berfungsi sebagai ruang aman bagi individu untuk melampiaskan perasaan mereka.
Oleh karena itu, alih-alih menganggap second account sebagai indikasi masalah psikologis, lebih baik melihatnya sebagai salah satu bentuk kebebasan berekspresi yang sehat bagi generasi muda.
BACA JUGA:Kevin Diks Resmi Bergabung? Simak Proses Naturalisasinya untuk Timnas Indonesia!
BACA JUGA:Penuhi Panggilan Bawaslu, Timkum JADI: Jika tak Terbukti Bisa Kita Laporkan Balik
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara mendalam hubungan antara penggunaan media sosial dan kesehatan mental, tetapi second account sendiri tampaknya lebih menjadi alat untuk mengelola tekanan sosial daripada pemicu masalah psikologis.