JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Istilah angin duduk sering terdengar di masyarakat, dan tak jarang dianggap sebagai sakit ringan yang dapat hilang dengan sendirinya.
Padahal, angin duduk adalah kondisi yang serius dan berhubungan erat dengan kesehatan jantung. Secara medis, angin duduk disebut angina pectoris, yang mengacu pada nyeri dada akibat aliran darah ke otot jantung yang tidak mencukupi.
Kondisi ini dapat menyebabkan serangan jantung dan bahkan berujung pada kematian mendadak jika tidak segera ditangani.
Gejala Angin Duduk yang Perlu Diwaspadai
Gejala angin duduk biasanya muncul dalam bentuk nyeri atau rasa sesak di dada yang mungkin terasa menjalar ke leher, rahang, bahu, atau lengan kiri.
Rasa nyeri ini sering kali disertai dengan gejala tambahan seperti mual, pusing, keringat dingin, dan perasaan gelisah.
Nyeri pada angin duduk biasanya berlangsung selama beberapa menit dan dapat memburuk dengan aktivitas fisik atau stres, namun bisa mereda saat istirahat.
BACA JUGA:Cara Sederhana Membahagiakan Pasangan: Rahasia Kecil untuk Hubungan yang Lebih Harmonis
BACA JUGA:Mengenal Film 'Mars Met Venus': Kisah Cinta Romantis dan Komedi dari Dua Sudut Pandang
Perbedaan utama antara angin duduk dan serangan jantung terletak pada durasi nyeri dan respons terhadap istirahat. Pada angina stabil, nyeri biasanya muncul akibat aktivitas berat dan hilang setelah istirahat.
Namun, pada angina tidak stabil, nyeri bisa datang tiba-tiba tanpa penyebab jelas dan tidak selalu mereda dengan istirahat. Jenis angina yang tidak stabil ini sangat berbahaya dan memerlukan penanganan medis segera.
Penyebab Terjadinya Angin Duduk
Angin duduk terjadi ketika aliran darah yang membawa oksigen ke otot jantung terganggu, umumnya karena penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner. Beberapa faktor risiko angin duduk meliputi:
1. Penyempitan pembuluh darah koroner akibat penumpukan plak adalah penyebab utama angin duduk.
2. Merokok, kurang olahraga, konsumsi makanan berlemak tinggi, dan obesitas meningkatkan risiko angin duduk.