Kementerian akan terus memutakhirkan program untuk para lansia ini sesuai Perpres No. 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan dan UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dengan tujuan untuk membangun keluarga lansia yang komprehensif dalam rangka mewujudkan lansia yang tangguh dan berdaya.
BACA JUGA:Duel Sengit di Branteo: Juventus Bangkit dengan Skor 2-1, Monza Terbenam
BACA JUGA:Dibantai di Old Trafford! Bournemouth Hancurkan Manchester United 3-0
Kementerian/BKKBN memiliki strategi pencapaian tujuan tersebut melalui pengajaran materi tujuh dimensi lansia Tangguh, penggunaan aplikasi GoLantang, Sekolah Lansia, Pendampingan Perawatan Jangka Panjang (PJP) di Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL).
Penanganan kegiatan ini semakin semarak dengan adanya partisipasi aktif berbagai kalangan pendidikan tinggi baik swasta maupun negeri dari berbagai wilayah di Indonesia serta para pengelola rumah sakit-rumah sakit yang membuka secara khusus pendidikan dan perawatan.
Demikian pun peran dari pemuka masyarakat dan agama bagi para usia lanjut yang bisa dikatakan sebagai pelopor dan mitra penting pembangunan kesehatan fisik dan mental serta kesejahteraan para lansia.
Peran penting para pemangku kepentingan tersebut tentunya perlu menyentuh kondisi dan kebutuhan riil di masyarakat, khususnya yang berlatar belakang ekonomi kurang mampu.
BACA JUGA:5 Zodiak yang Diprediksi Memiliki Keuangan Bagus di Akhir Tahun 2024
BACA JUGA:Selama Libur Nataru, Para Pendaki Dilarang Mendaki Gunung Marapi di Sumbar
Oleh karenanya, langkah yang dilakukan tidak hanya berkutat pada masalah kesehatan yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk lansia, tetapi juga memikirkan bagaimana para lanjut usia ini tetap sejahtera dan berdaya serta mandiri.
Hal ini tentunya tidak mudah mengingat jumlah para lansia di Indonesia dipandang cukup tinggi sekitar 11,75 persen dari penduduk Indonesia di tahun 2023 bahkan pada tahun 2050 tingkat usia lanjut di Indonesia akan meningkat 10 persen hingga 12 persen.
Sementara itu, daya dukung keuangan negara yang juga belum begitu stabil dan harus memikirkan aspek-aspek lain menjadi perhatian yang harus dicarikan terobosan dan jalan keluar yang bersifat inovatif serta kolaboratif.
Sungguh sangat menginspirasi apa-apa yang telah dilakukan oleh praktisi sosial dan pendidikan serta para pemuka agama sebagaimana penulis saksikan dalam interaksi yang dilaksanakan setahun ini dengan pimpinan Rektor Universitas Respati Indonesia beserta jajarannya yang menangani sebuah pusat khusus kelanjutusiaan/CEFAS (Centre Pendidikan Lansia/URINDO), dan baru-baru ini pun dengan pengajar dari Universitas Trisakti serta Universitas Indonesia yang secara akademik dan aplikatif telah membantu pemeliharaan tingkat kesejahteraan dan kesehatan para lansia di Indonesia.
BACA JUGA:Polda Jambi Imbau Warga Jaga Toleransi dan Kamtibmas Selama Libur Nataru
BACA JUGA:Simak, Ini Jadwal Lengkap Turnamen Sepakbola Gubernur Cup 2025, Mulai 7 Januari di Stadion KONI
Pengalaman ini pun disaksikan dan didengar langsung oleh pemerhati dan praktisi di tingkat internasional yang juga turut mendampingi pihak terkait di Indonesia secara kolaboratif.