JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Tewasnya 1 warga Suku Anak Dalam (SAD) akibat dikeroyok di kawasan PT Tambora, mendapat reaksi keras dari KKI Warsi.
Dalam pernyataan resminya, KKI Warsi mengecam keras tindakan kekerasan yang menyebabkan hilangnya nyawa salah satu anggota warga Suku Anak Dalam (SAD) atau orang rimba di wilayah akibat bentrok berdarah di areal perkebunan kelapa sawit di wilayah Tabir Kabupaten Tebo.
Insiden ini terjadi Selasa, 29 April sekitar jam 15.00 WIB. Hasil pendalaman mereka, saat itu 8 orang rimba mengambil brondol-buah sawit yang jatuh dari pohon.
Namun naas, saat akan meninggalkan lokasi mereka dihadang sekelompok orang dan terjadi penganiayaan dan menyebabkan 1 orang rimba meninggal dunia. Tiga orang terluka dan 3 sepeda motor hangus terbakar.
BACA JUGA:Bawa Brondol Sawit di PT Tambora, 1 Warga SAD Tebo Tewas Dikeroyok
BACA JUGA:Blak-blakan! Al Haris Ungkap Kriteria Sekretaris DPW PAN Provinsi Jambi, Siapa yang Cocok?
Robert Aritonang Antropolog KKI Warsi mengatakan, orang Rimba mengambil brondolan sawit di areal perkebunan yang didirikan di dalam wilayah jelajah mereka.
Peralihan ruang jelajah menjadi perkebunan kelapa sawit telah menjadikan suku yang hidup di dalam hutan ini mengalami marginalisasi dan kehilangan ruang hidup.
Ini yang mendorong mereka sesekali melakukan kegiatan yang disebut membrondol- mengumpulkan butiran buah sawit yang terlepas dari tandannya.
"Peristiwa ini sangat memilukan dan mencederai rasa keadilan. Kami menuntut pertanggungjawaban penuh atas tindakan kekerasan yang terjadi," kata Robert Aritonang.
BACA JUGA:Ditpolairud Polda Jambi Tangkap Pemasok Narkoba ke 2 Mahasiswa asal Kampung Nelayan Tanjab Barat
Penghilangan nyawa manusia kata dia, apalagi terhadap masyarakat adat yang sedang berjuang mempertahankan hidup, tidak dapat dibenarkan dalam keadaan apa pun.
Konflik yang terjadi ini kata dia, merupakan dampak lanjutan terhadap pembiaran dan pengabaian terhadap hak-hak masyarakat adat yang sejak dulu ada di wilayah itu.
Dalam kondisi keterdesakan ekonomi, pendidikan yang tidak memadai dan hilangnya sumber pangan dari hutan, mengambil brondolan sawit menjadi salah satu cara bertahan hidup bagi sebagian Orang Rimba.