Oleh : Dr. Noviardi Ferzi dan Dr. Dedek Kusnadi
Pilkada masih lama, bahkan waktu pelaksanaannya masih tarik ulur antara KPU, DPR dan Pemerintah. Namun tema tulisan tentang politik nampaknya menarik minat banyak orang. Buktinya salah seorang teman Redaktur Media menyarankan saya untuk menulis tentang politik tapi yang berbau konstruk keilmuan yang lazim diperbincangkan di warung kopi, apalagi selain tulisan tentang PAE, Popularitas, Akseptabilitas dan Elektabilitas. Banyak yang membaca, kata Redaktur tadi.
Realitasnya, Faktor popularitas (terkenal), akseptabilitas (diterima) dan elektabilitas (dipilih) adalah modal amat sangat penting calon dalam tiap pemilihan (Election). Sekalipun berdiri sendiri, ketiga faktor itu terintegrasi jadi satu urutan gradasi nan tak terpisahkan. Itulah yang harus diraih para calon. Itu proses yang tak boleh ditinggalkan, artinya wajib dilakukan oleh para calon.
Popularitas adalah suatu fenomena sosial tentang persepsi kolektif masyarakat, yang menentukan siapa yang paling banyak dikenal orang. Sebagaimana fenomena sosial popularitas tidak menyentuh secara langsung aspek personal pemilih. Setelah dikenal ada upaya - upaya lain untuk itu. Istilahnya, lain bab nya.
Ada 2 macam popularitas, baik itu bersipat sosiometrik dan perceived. Popularitas sosiometrik muncul dari daya tarik individu, yang disukai karena berbagai sifat baiknya. Misalnya, karena dia memiliki kemampuan personal, memiliki empati dan sering membantu orang lain.
Sebaliknya, popularitas perceived terkenal tapi jarang disukai karena reputasinya yang kurang positif dan merugikan, Contohnya, terkenal karena kasus korupsinya, arogansinya dan perilaku minor lainnya.
Dalam ranah praktis, popularitas sosiometrik ini mengarah pada satu konstruk kesukaan atau akseptabilitas. Setelah popularitas sosiometrik, tahap berikutnya yang harus diraih adalah akseptabilitas.Dalam tahap akseptabilitas, pemilih menerima seorang calon. Penerimaan ini merupakan proses alam bawah sadar berbentuk persepsi yang terbangun.
Baik itu penerimaan akan kualitas, kompetensi, integritas, profesionalitas, personalitas, perilaku, prestasi, reputasi, kepemimpinan, visi dan lain-lain. Ada proses penilaian disini, dimana proses ini melahirkan penerimaan (akseptabilitas) pemilih terhadap calon.
Karena begitu banyaknya aspek yang dipertimbangkan, maka pada hakekatnya prosedur menilai dan menerima itu adalah proses berfikir para pemilih. Proses akseptabilitas memerlukan waktu lebih lama dibandingkan popularitas dan akseptabilitas.
Bagi setiap calon yang melalukan sosialisasi, tahap akseptabilitas menjadi moment crucial (paling penting) bagi kesuksesan calon. Disinilah nasib calon dipertaruhkan, berhasil atau gigit jari. Pada tahap ini pemilih mulai berfikir, siapa calon yang akan dielus. Agar berhasil melewatinya, calon harus berjuang ekstra keras.
Akseptabilitas merupakan kemampuan untuk menerima atau merespon intervensi atau perlakuan tertentu. Kemampuan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang dimiliki baik secara faktual maupun potensial yang mampu menggerakkan individu untuk menerima suatu tindakan atau perlakuan. Lebih lanjut akseptabilitas sangat dipengaruhi oleh persepektif terhadap konteks, konten dan kualitas yang ada.
Dalam tahap akseptabilitas, pemilih menerima seorang calon. Penerimaan ini merupakan proses alam bawah sadar berbentuk persepsi yang terbangun.
Baik itu penerimaan akan kualitas, kompetensi, integritas, profesionalitas, personalitas, perilaku, prestasi, reputasi, kepemimpinan, visi dan lain-lain. Ada proses penilaian disini, dimana proses ini melahirkan penerimaan (akseptabilitas) pemilih terhadap calon.
Karena begitu banyaknya aspek yang dipertimbangkan, maka pada hakekatnya akseptabilitas garis yang mengubungkan antara popularitas dan elektabilitas, disini kunci proses berfikir para pemilih. Proses akseptabilitas memerlukan waktu lebih lama dibandingkan popularitas, bahkan untuk elektabilitas.
Bagaimana membentuk akseptabilitas ?