Tiga hari kemudian, 8 Januari 2022, pengurus YSSB menyelenggarakan rapat. Antara lain diputuskan program “MILIR BERAKIT” yg akan dilaksakan bulan Maret nanti, bertepatan dengan Hari Air.
Hadir dalam rapat tsb Bupati Sarolangun Cek Endra yg sangat mendukung program ini.
Puluhan rakit akan bertolak dari Sarolangun. HBA dan CE akan ikut “milir”. Pesertanya di rencanakan dari berbagai desa hulu Sungai Tembesi.
Dari Muara Siau, tempat ulama sepuh Kiyai Abdul Azis “milir” 70 tahun lalu menuntut ilmu di sebersng Kota Jambi.
Juga dari Sekancing, kampung halaman Gubernur Al Haris. Serta dari desa2 Kabupaten Sarolangun di hilirnya. Tentu akan bertambah semarak jika juga diikuti desa2 dari kabupaten
Batanghari dan Muara Jambi yg dilintasi ekspedisi “Milir Berakit” itu.
Puncaknya adalah Fertival Rakit Sungai Batsnghari, yg menurut rencana dilakssnan pada Hari
Sungai, bulan Juli mendatang.
Pada festival tersebut, “milir berakit” lebih kolosal. Puluhan rakit akan bergerak serentak dari Bangko, Bungo dan Tebo.
Selanjutnya ratusan rakit akan berkumpul di Muara Tembesi. Pada malam hari akan menjadi pemandangan yg indah. Pelita, dsn juga lampu batre LED yg menerangi kendaraan tradisional itu sepanjang sungai yg dilewatinya. Ada puluhan ribu warga akan menyaksikannya.
Dari peristiwa ini diharapkan kita akan lebih peduli terhadap sungai yg kini merana itu.
Sungai terpanjang di Sumatra Sumatera. Panjang pula sejarahnya, termasuk ekspedisi persahabatan Pamalayu 1275-1286.
Yg kemudian melahirkan konsep Nusantara di bawah bendera Kerajaan Besar Majapit.
Dua putri Raja Melayu Jambi, menikah dg pembesar Singosari yg menjelma menjadi
Majapahit. Satu Mulawarman yg bertakhta di Sumatera, satunya lagi Jayanegara yg menjadi Raja Majapahit kedua.
Milir Berakit dan Festival Rakit Sungai Batanghari, akan menjadi bagian dari restorasi sungai sangat bersejarah ini. Ada aspek dan fungsi sejarah, ekologi, sosial, budaya, ekonomi. Termasuk fungsi transportasi yg lama diabaikan. Serta fungsi parawisata yg sangat potensial.