JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAMBI – Pemkot Jambi hari ini akan memulai melakukan penyekatan dan pengetatan untuk menekan kasus Covid-19 di Kota Jambi.
Tapi, kebijakan Pemkot Jambi ini banyak menuai kritikan di tengah masyarakat, khsusnya para pedagang. Non Esensial akan ditutup. Sehingga para pedagang kehilangan omset selama penyekatan berlangsung.
Salah satunya pedagang elektronik di kawasan Simpang IV Sipin, Kota Jambi. Cece sebutan akrabnya, tak ingin menyebutkan nama sebenarnya mengatakan, jika nanti ruko tempat dia berjualan tersebut ditutup, dirinya akan menolak keras.
“Iya saya menolak untuk ditutup, herannya dengan kebijakan ini kok gak ada yang demo, kalau ada yang demo saya mau ikut,” kata dia saat dijumpai di tempat jualannya.
Dia yang hanya berjualan elektronik seperti lampu, kulkas dan televisi ini, merasa bingung jika mata pencariannya ini harus ditutup. Apalagi, untuk membiayai hidup, seperti uang sekolah anak, listrik, kemudian sewa ruko serta tanggungan seperti cicilian bank.
“Emang ini semua bisa ditangguhkan, kan tidak. Kalau hanya uang makan kami bisa lah mencukupi, tapi kebutuhan kami bukan cuma makan, banyak kebutuhan lainnya,” tambahnya.
Selanjutnya, dia meminta kepada pemerintah, di tengah pandemi Covid-19 ini memang perlu adanya pengetetan untuk menekan angka Covid-19, namun tidak membuat kota menjadi mati.
Kata dia, untuk menutup perbatasan kota tidak menjadi persoalan baginya, akan tetapi toko jangan ditutup.
“Baru isunya saja toko kami sudah sepi, pendapatan turun sampai 50 persen lebih, kalau ini ditutup lagi, dari mana kami dapat uang,” sebutnya.
Dia mengungapkan, saat ini dia hanya dapat uang Rp 500 ribu dari jualannya, uang tersebut baru sekedar omset, bukan untung. “Kita ini bukan kaum rebahan, yang makan tidur dapat uang dan bisa bertahan hidup, kalau PNS mending, mereka bisa dapat gaji bulanan, mau mereka WFH kek atau WFO kek, mereka tetap dapat duit, beda dengan kami,” ungkapnya.
Hal yang sama dikatakan oleh Arief (58) pedagang elektronik di kawasan Simpang IV Sipin. Kata dia, kalau ruko di tutup maka pemasukan tak ada, dia juga merasa bingung dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah.
“Katanya sebelum pengetatan akan dikasi sembako, Cuma sampai hari ini belum ada kami terima sembako,” kata dia.
Saat pengetatan dilakukan, dirinya akan melihat situasi dengan ruko yang ada didekat rukonya, jika nantinya ada ruko elektronik yang juga buka, maka Arief juga akan membuka rukonya. “Kalau yang lain tidak tutup ya saya tidak akan tutup, tapi kalau yang lain pada tutup saya juga akan tutup,” tambahnya.
Di rukonya, tak hanya menjual alat elektronik saja, akan tetapi dirinya juga membuka bengkel elektronik. Kata dia, dari informasi yang Arief terima katanya bengkel kecil boleh dibuka. “Saya ini termasuk bengkel kecil atau tidak, kalau bengkel kecil artinya saya juga boleh buka, ini yang belum ada kejelasan,” sebutnya.
Dia berharap, ruko bagi pedagang akan tetap dibuka meski dilakukan pengetatan di Kota Jambi, sehingga dirinya bisa berjualan. “Karena tempat saya ini tak ada terjadi kerumunan, tapi kalau diminta ditutup ya apa boleh buat, tapi harus ada bantuan, karena kalau kami tutup malah terdampak jadinya,” tandasnya.