Masih Misterius, Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Terus Meningkat
Anak anak saat mendapatkan obat dan vitamin di sekolah. Kasus gagal ginjal akut di Indonesia mengalami kenaikan signifikan pada Agustus 2022. -Foto: Ricardo-JPNN.com
JAKARTA, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID -Kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada Agustus 2022.
Hal ini disampaikan oleh Kasi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI dr. Ngabila Salama, MKM.
dr Ngabila meminta orang tua bisa melakukan deteksi dini dengan berkonsultasi dokter jika terjadi demam dan muntah tidak kunjung sembuh.
"Kalau anak kita itu ada gejala mual muntah, diare disertai demam ataupun disertai batuk pilek, segera bawa ke dokter. Kalau tidak ada perbaikan akan ada pemeriksaan darah," ucapnyadr Ngabila meminta orang tua bisa melakukan deteksi dini dengan berkonsultasi dokter jika terjadi demam dan muntah tidak kunjung sembuh.
BACA JUGA:Bharada E : Saya hanya Anggota Tak Kuasa Menolak Perintah Jendral
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Alfamart di Kotabaru Jambi Terbakar, Begini Kondisinya
"Kalau anak kita itu ada gejala mual muntah, diare disertai demam ataupun disertai batuk pilek, segera bawa ke dokter. Kalau tidak ada perbaikan akan ada pemeriksaan darah," ucapnya.
Di DKI Jakarta akumulasi sejak Januari 2022 sampai hari ini 18 Oktober 2022 tercatat 49 kasus gagal ginjal akut.
Menurutnya, yang terbanyak gejala awalnya adalah pada saluran pencernaan.
"Kalau dari 49 kasus yang ditemukan di Jakarta itu gejala awalnya sekitar 40 persen adalah saluran pencernaan artinya bisa nyeri perut, mual, muntah, dan diare. Nah tetapi juga banyak juga yang mengeluhkan batuk pilek saja dan demam," kata dr. Ngabila dalam diskusi secara virtual yang diikuti di Jakarta, Selasa 18 Oktober 2022.
BACA JUGA:Save Bharada E Menggema, Karangan Bunga Bertambah di PN Jakarta Selatan
BACA JUGA:Catat, Ini Jam Operasional Batu Bara di Jambi Hari Senin, Jumat dan Minggu
Selain gangguan pencernaan, gejala awal gangguan ginjal yang lain adalah frekuensi buang air kecil (BAK) anak yang berkurang, urinenya lebih sedikit dan lebih pekat, bahkan tidak BAK sama sekali.
Gagal ginjal ini disebabkan gangguan fungsi ginjal yang tidak menyaring racun dengan baik yang harusnya dibuang keluar tubuh melalui urin.
Karena tidak terbuang dengan baik, racun tersebut akan tertimbun di dalam darah dan bisa berbahaya jika masuk ke dalam organ tubuh lainnya seperti otak dan paru-paru.
"Kalau sudah sampai tahap tertentu yang racunnya sudah tidak bisa dikeluarin tubuh dan kadarnya di darah sudah banyak itu membutuhkan hemodialisa atau cuci darah. Kalau sudah kronis harus cuci darah rutin karena kerusakannya sudah permanen. Jika racun sudah menyebar pada tubuh bisa masuk ke otak, penurunan kesadaran bisa meninggal," ucap Ngabila.
BACA JUGA:Irjen Teddy Batal Diperiksa Penyidik karena Sakit
BACA JUGA:Mulai Oktober 2022, Telkomsel Lanjutkan Upgrade Layanan 3G ke 4G/LTE di 19 Kota/Kabupaten
Ngabila mengatakan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan terus melakukan koordinasi dengan membuat alur tata laksana dan diagnosis jika ditemukan kasus seperti gagal ginjal akut ini.
Kemudian, melalui Dinas Kesehatan Provinsi juga membantu dengan support hasil penyelidikan dari Puskesmas dan dari tenaga kesehatan di lapangan.
"Karena gagal ginjal akut ini masih belum diketahui penyebab pastinya," ungkap dr. Ngabila. *
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: jpnn.com