Menjaga Gunung Hapuk Sebagai Sumber Mata Air Bagi Suku Dayak Meratus

Menjaga Gunung Hapuk Sebagai Sumber Mata Air Bagi Suku Dayak Meratus

Penduduk Suku Dayak Meratus (Madi) mengunjungi bendungan air buatan sebagai penampung sumber mata air di Gunung Hapuk kawasan Pegunungan Meratus, Desa Hinas Kanan, Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan-ANTARA-

Madi menemukan sumber mata air pada 2014 di sebuah bukit yang diberi nama “Gunung Hapuk”. 

Untuk sampai ke Gunung Hapuk itu, sebelum jalur dibuka, Madi harus berjalan kaki membutuhkan waktu sekitar 2 jam dari rumah tinggalnya.

BACA JUGA:Sempat Ditantang Dinar Candy, Penyidik Ditreskrimum Polda Jambi Tetapkan Ko Apex Jadi Tersangka

BACA JUGA:Tingkatan Kualitas Layanan, PLN UID S2JB Tambah Unit Pelaksana Baru di Lubuk Linggau

Menapak bukit yang terjal, lelaki  ini membawa sebilah parang untuk membuka jalur. Dia lihai membuka semak belukar berkat kemampuan berburu yang sudah turun temurun.

Mata air Gunung Hapuk, berada beberapa meter di punggung bukit yang memiliki kemiringan 50-70 derajat. 

Sejak mata air itu ditemukan, suku Dayak di kampung ini berusaha menjaga kelestarian alam Gunung Hapuk. Mereka menyadari bahwa sumber mata air tersebut berasal dari hutan di sekitarnya. 

Oleh karena itu, masyarakat tidak ingin ada aktivitas pertambangan, dan pendatang juga tidak boleh sembarangan memasuki wilayah kampung tersebut.

BACA JUGA:Kenali 4 Tanda Overthinking dan Cara Mengatasinya!

BACA JUGA:Di Hari Kebangkitan Nasional, Kapolda Jambi Serahkan Penghargaan untuk 22 Personel Berprestasi

Pemerintah daerah bahkan juga telah menyusun rencana pembangunan jangka panjang daerah yang mengutamakan revolusi hijau yang melarang  aktivitas pertambangan di kabupaten itu.

“Bahkan, pemerintah daerah memiliki program ASN wajib menanam pohon secara rutin. Ini upaya menjaga kelestarian Pegunungan Meratus,” kata Bupati Hulu Sungai Tengah, Aulia Oktafiandi.

Sejak ditemukannya sumber mata air, setapak demi setapak  suku Dayak memulai kehidupan dengan bertani, menanami lahan di pegunungan dengan singkong, pisang, sayuran, dan umbi-umbian.

Mereka membuat bendungan buatan dari sumber mata air yang ada. Pertanian tidak hanya untuk kebutuhan ekonomi, tapi menjadi salah satu cara mereka menjaga keasrian dan kelestarian Gunung Hapuk.

BACA JUGA:UMKM di Bali Rasakan Dampak Positif Penyelenggaraan WWF ke-10

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: