Riset Tim UNJA: 61,45% Perokok di Jambi Beralih ke Rokok Murah Setelah Cukai Naik
Pengaruh Kenaikan Cukai Tembakau terhadap Perilaku Merokok--
JAMBI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi (FKIK UNJA) mengadakan konferensi pers mengenai dampak kenaikan cukai tembakau terhadap perilaku merokok di Kota Jambi.
Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Ummi Kalsum, SKM., MKM., Dr. Dwi Noerjoedianto, SKM., M.Kes., Dr. dr. H. Maulana, MKM., dan M. Ridwan, SKM., MPH, dengan tujuan menganalisis perubahan perilaku merokok setelah kenaikan cukai tembakau, serta faktor-faktor dominan yang mempengaruhi masyarakat di Kota Jambi.
Menurut Dr. Ummi Kalsum, SKM., MKM., penelitian ini dilakukan pada Agustus hingga September 2024 di 11 kecamatan di Kota Jambi, dengan sampel 316 responden laki-laki berusia di atas 20 tahun, yang merupakan perokok aktif. Dari hasil survei, mayoritas perokok adalah mereka yang berpendidikan menengah, bekerja di sektor informal seperti wiraswasta dan buruh, telah menikah, dengan pendapatan rata-rata Rp 2,5-5 juta.
"Mayoritas responden mulai merokok pada usia rata-rata 18 tahun, dengan konsumsi rata-rata 17 batang per hari, menghabiskan sekitar Rp 717.759 per bulan untuk membeli rokok," ungkap Dr. Ummi Kalsum. Alasan utama merokok, menurut penelitian, adalah karena pergaulan dan kebiasaan untuk mengurangi stres. Jenis rokok yang paling banyak dikonsumsi adalah kretek filter, rokok putih, dan kretek tanpa filter.
BACA JUGA:Cannibal Holocaust: Review, Fakta, dan Kontroversi di Balik Film Horor Legendaris
BACA JUGA:Cara Mengembalikan Kepercayaan Diri yang Hilang
Sebanyak 71,5% responden mengetahui adanya kenaikan cukai tembakau, dan 61,45% dari mereka beralih ke rokok yang lebih murah. Namun, hanya 2,2% yang berniat berhenti merokok. Jika cukai tembakau naik hingga 100%, sebanyak 65% responden menyatakan akan mengganti dengan rokok yang lebih murah, sementara hanya 7,4% yang berencana berhenti merokok.
Kesimpulannya, kenaikan cukai tembakau memiliki pengaruh kecil terhadap perilaku merokok di Kota Jambi. "Sebanyak 65% perokok mengalokasikan 10-20% pendapatannya untuk membeli rokok, dan 71% menganggap harga rokok saat ini masih terjangkau," jelas Dr. Ummi Kalsum. Sekitar 50% perokok mengakui bahwa kenaikan harga cukup mempengaruhi konsumsi rokok mereka.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa 59% perokok pernah berhenti merokok, 35% pernah mencoba usaha berhenti merokok (UBM), dan 66% menggantinya dengan permen. Sementara itu, 9% menjalani terapi berhenti merokok di fasilitas kesehatan. Dukungan keluarga, edukasi dari tenaga kesehatan, dan dukungan teman menjadi faktor penting dalam upaya berhenti merokok.
"Dari hasil penelitian ini, dukungan keluarga terbukti menjadi faktor dominan yang dapat mendorong seseorang untuk berhenti merokok. Faktor lainnya seperti pendapatan, pengaruh teman, dan peringatan kesehatan bergambar juga memiliki peran penting dalam mempengaruhi perilaku merokok," tutupnya.
BACA JUGA:Buah-Buahan yang Dapat Membantu Menambah Darah Secara Alami
BACA JUGA:7 Tanda Orang Tulus: Ciri yang Membuatnya Dapat Dipercaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: