Bolehkah Memiliki Dua Pasangan? Perspektif dari Penelitian
Ilustrasi--Freepik.com
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Memiliki lebih dari satu pasangan, atau yang dikenal sebagai hubungan poliamori atau poliandri, menjadi topik yang semakin dibicarakan di era modern ini. Dalam konteks sosial dan budaya, pandangan mengenai hal ini sangat beragam.
Beberapa budaya memperbolehkan praktik tersebut, sementara yang lain menganggapnya tidak etis. Berdasarkan penelitian, fenomena ini memiliki berbagai aspek yang menarik untuk dibahas.
Menurut penelitian psikologi hubungan, poliamori atau memiliki lebih dari satu pasangan adalah jenis hubungan yang melibatkan keterbukaan dan kesepakatan dari semua pihak yang terlibat.
Penelitian oleh Journal of Sex & Marital Therapy menunjukkan bahwa hubungan poliamori bisa berjalan dengan sehat jika komunikasi, kepercayaan, dan batasan jelas diterapkan.
BACA JUGA:Redam Efek Kenaikan PPN 12 Persen, Pemerintah Bagi-bagi Beras 10 Kg di Bulan Januari-Februari
Namun, tidak semua orang cocok untuk menjalani hubungan seperti ini. Penelitian lain dari Psychology Today mencatat bahwa kecemburuan dan rasa tidak aman sering menjadi tantangan utama dalam hubungan dengan lebih dari satu pasangan.
Secara budaya, praktik memiliki dua pasangan lebih diterima di beberapa komunitas tertentu dibandingkan komunitas lain. Dalam budaya tradisional, monogami dianggap sebagai norma.
Namun, beberapa budaya atau kepercayaan memungkinkan poliandri atau poligami, biasanya dengan alasan adat atau agama.
Dari sisi etika, banyak yang mempertanyakan apakah hubungan seperti ini dapat memenuhi prinsip keadilan dan kesetaraan, terutama jika ada pihak yang merasa dirugikan atau terabaikan.
BACA JUGA:Manfaat Jam Tidur Teratur untuk Kesehatan Menurut Penelitian
BACA JUGA:Cara Mengembalikan Jam Tidur agar Teratur untuk yang Terbiasa Begadang
Secara hukum, banyak negara yang melarang hubungan ganda secara resmi, terutama jika disertai pernikahan. Namun, hubungan tidak formal dengan lebih dari satu pasangan sering kali tidak diatur oleh hukum.
Dari perspektif psikologis, hubungan ini dapat berhasil jika semua pihak saling mendukung dan menghormati, meskipun tetap memiliki risiko emosional yang lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: