dr Tifa Kembali Sentil Jokowi, Krisis Saat Ini karena Presidennya Betul-Betul Meremehkan
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Soal pernyataan Bank Indonesia (BI) menyebut dunia sedang mengalami krisis, kembali disoroti oleh dr Tifa.
Diketahui dokter Tifauziah Tyasumma lengkapnya, selama ini dikenal sangat vokal mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Melalui cuitan di Twitter, dr Tifa mengatakan krisis yang dialami saat ini karena presidennya betul-betul meremehkan.
"Kondisi negara saat ini bahkan lebih mengerikan daripada krisis tahun 1998. Dan lebih ngeri lagi karena Presiden yang ada saat ini betul-betul Underspect. Bisa ditukar tambah kemana sih? cuit akun @DokterTifa seperti dikutip FIN pada Minggu, 24 April 2022.
Baca Juga: Sebanyak 7 Ton Daging Babi Terinfeksi Virus Berbahaya Dimusnahkan
Seperti diketahui, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan, ekonomi seluruh negara di dunia tengah mengalami tekanan yang sangat besar. Pernyataan Destry itu oleh dr Tifa dikaitkan dengan kondisi ekonomi di Indonesia.
Ada beberapa hal yang mendasari. Salah satunya pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 masih belum sempurna. Namun kemudian dunia dihadapi dengan kenaikan harga komoditas akibat konflik antara Rusia dan Ukraina.
Belum lagi tekanan lain yaitu normalisasi kebijakan moneter negara maju. Seperti Amerika Serikat (AS). Hal ini mendorong angka inflasi terus menanjak.
"Saat ini kita mengalami krisis yang sangat parah. Ini memperburuk gangguan pada rantai perdagangan dunia dan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global," terang Destry dalam diskusi virtual bertajuk Strengthening Economic Recovery Amidst Heightened Uncertainty, pada Sabtu 23 April 2022 kemarin.
Baca Juga: Pencopet Beraksi di Kawasan Pasar 1 Unit Handphone Korban Raib
Baca Juga: Polisi Selidiki Kasus Copet di Kawasan Pasar
Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi hanya 3,6 persen dari sebelumnya 4,4 persen.
Tekanan ekonomi dunia ini mengakibatkan terbatasnya aliran modal ke negara emerging market.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: