Menimbang Berat Durian, Meneropong Bintang; Kalkulasi Pilwako Jambi 2024
jambi-independent.co.id|
Selasa 07-09-2021,09:53 WIB
Durian adalah buah yang unik, meski dinilai dari besarnya, namun berat tidak menentukan kualitasnya. Perumpamaan ini cukup tepat mengambarkan para calon Wali Kota Jambi.
Hari ini cukup banyak nama yang beredar untuk mengantikan Sy Fasha sebagai wali kota Jambi. Biar jangan luput, kita absen saja nama-nama yang populer terlepas dari patron politik apapun. Pertama, tentu saja Wakil Wali Kota petahana, Dr. dr. Maulana, MKM, beliau dikenal sebagai sosok yang dekat dan terbuka dengan siapa saja. Ibarat durian, Ia cukup harum, berbobot dalam banyak hal. Meski masih perlu pembuktian, dokter Maulana harus diakui memiliki berat dan ukuran yang besar untuk diperhitungkan. Apalagi kedekatan dan keharmonisan beliau dengan sang Wali Kota Fasha merupakan nilai lebih Maulana hari ini.
Pilwako nanti sikap politik Fasha akan berpengaruh. Terlepas dari perbedaan data akan persepsi kinerja wali kota, kesimpulan umum Fasha cukup sukses memimpin Kota Jambi. Meski ada penilaian minor, tapi masih sebatas masalah personal jauh dari masalah kinerja. Artinya, Walikota saat ini di mata masyarakat tetap menjadi bintang yang menjadi rujukan. Kemana dukungannya akan memberi nilai yang positif yang kuat.
Lalu, ada juga nama anggota DPD RI Sum Indra. Dalam skala yang terbatas, mantan Wawako Jambi ini sebenarnya telah mulai bergerak, setidaknya ada beberapa bilboard dan baleho yang Ia sebar sebagai treatment populeritasnya di masyarakat. Sum Indra sendiri merupakan bagian tersisa dari trah politik "Keluarga Nurdin" yang begitu kuat setengah dekade lalu. Tapi dengan dukungan yang masih terpelihara di kota, Sum Indra merupakan durian yang cukup besar dan harum bagi pemilih.
Selain dua nama ini, ada nama Rocky Candra, seorang politisi milenial yang cukup punya nama. Saat ini, Ia merupakan Wakil Ketua DPRD Provinsi dari Partai Gerindra. Namanya populer di kalangan masyarakat. Jika boleh diumpamakan, Rocky jenis durian yang fresh karena baru jatuh dari dahannya.
Selain Rocky, ada juga nama Samiun Siregar yang begitu menghentak dengan bilboard tersebar di penjuru kota. Cerita Samiun menjadi meyakinkan akan kesuksesannya menjadikan empat orang putra-putrinya sebagai anggota DPRD Kota Jambi. Artinya, secara "permainan" Samiun Siregar sangat menguasai bagaimana itu sebuah election. Terlepas Pilkada dan Pemilu dinamikanya beda, namun tetap ada persamaan yang membuat kita percaya, Samiun Siregar punya kemampuan mengeliat dalam Pilwako nanti.
Jika ingin dirunut lagi, banyak nama lain yang punya nama untuk maju di Pilwako. Baik yang memang telah ditokohkan atau juga baru sekedar menokohkan. Dari banyak nama ini bisa kita mulai dari Kemas Faried Al Farely, M. Nasir, Yunsak El Hacon, Budidaya, Fatri Suandri, Yuliana Fasha dan nama-nama lain yang mungkin belum terpikirkan oleh orang saat ini.
Memahami Pemilih
Untuk meneropong bintang yang bersinar dalam Pilkada 2024 tidaklah mudah, hal ini waktu perhelatan yang masih lama dan perilaku pemilih juga cukup dinamis untuk dipetakan.
Memahami pemilih tidaklah mudah. Riset Malik (2018) menjelaskan bahwa pemilih Indonesia terpilah dalam tiga kategori: pemilih emosional, pemilih rasional, dan pemilih rasional-emosional.
Pemilih emosional merupakan pemilih yang memiliki hubungan emosional sangat kuat dengan identitas yang membentuk dirinya sejak lahir. Identitas itu berkaitan dengan ideologi, agama, dan budaya. Lazimnya, pemilih kategori itu lebih mengental pada kawasan rural. Kurang kuat di kawasan perkotaan (urban).
Pemilih rasional adalah pemilih berpikir. Mereka punya nalar argumentatif terhadap alasan memilih. Tidak emosional. Pemilih rasional mengedepankan diskusi aktif dan terbuka, disertai data, dalam menentukan suatu pilihan.
Pemilih rasional-emosional adalah pemilih yang cenderung akan diam menarik diri (withdraw) dalam perdebatan isu yang bersifat agama, identitas, dan simbol lainnya yang sedang berlangsung. Sebab, mereka membutuhkan waktu untuk memproses informasi dan isu tersebut.
Pemilih seperti itu mampu merasionalkan pilihan mereka. Namun, pada saat isu yang berkembang menyangkut permasalahan ideologi, agama, dan etnis, mereka tidak sanggup memberikan argumentasi yang cukup. Pemilih rasional-emosional adalah tipikal pemilih yang lebih pasif dan suka mengamati.
Kalkulasi Pilihan Warga Kota
Di Kota Jambi pemilih rasional sebagai karakter pemilih ideal cukup banyak dan aktif untuk memilih. Dalam kajian perilaku memilih, karakter pemilih rasional yang paling penting yaitu kemampuan kalkulasi. Pemilih bisa membandingkan opsi-opsi kebijakan yang ditawarkan kandidat.
Tawaran kebijakan yang paling mendekati kebutuhan dan permintaan pemilih memberi peluang bagi kandidat untuk dipilih (kesesuaian). Maka, kandidat yang dinilai berpeluang lebih tinggi akan dipilih berdasarkan kalkulasi dan kesesuaian (strategis).
Prasyarat penting munculnya pemilih rasional adalah kecukupan informasi. Untuk melakukan kalkulasi, menemukan kesesuaian, dan memilih secara strategis, pemilih harus mendapat suplai informasi yang cukup. Sosialisasi merupakan salah satu metode yang paling sesuai untuk memenuhi kecukupan informasi.
Penanda hadirnya pemilih rasional sepertinya cukup sederhana melalui tiga indikator, yaitu kalkulasi, kesesuaian, dan pertimbangan strategis. Meskipun demikian, mengamati pemilih rasional cukup pelik karena adanya empat sumber kompleksitas.
Pertama, tidak ada rasionalitas sempurna di kalangan pemilih karena keterbatasan informasi. Secara sadar atau tidak sadar pemilih menghadapi situasi terbatas untuk mendapat informasi yang cukup tentang kandidat karena waktu atau biaya yang mesti dikeluarkan. Maka, sangat memungkinkan jika pemilih kemudian mengambil jalan pintas dalam memutuskan pilihan, tanpa dukungan informasi yang cukup. Terlebih lagi, pengorbanan pemilih mencari informasi tentang kandidat dirasa tidak impas dengan manfaat yang akan didapatnya.
Kedua, adanya keberagaman ekspresi pemilih rasional. Kecukupan informasi bisa pula mendorong ketidakpuasan politik pemilih yang berujung pada preferensi kandidat alternatif (protest voters). Selain itu, rasionalitas pemilih bisa berasal dari perasaan puas dengan kualitas hidup (bukan pendapatan) selama kepemimpinan politisi tertentu (happy voters). Berikutnya, pilihan rasional juga merupakan ekspresi swing voters atau pemilih ragu (berubah atau belum menentukan pilihan) menjelang pemungutan suara.
Ketiga, rasionalitas merupakan domain keputusan individu pemilih. Dengan kata lain, justifikasi rasionalitas bersifat independen untuk setiap pemilih, karena tiap individu punya nalar yang unik. Konsekuensinya, keputusan pemilih bisa mengalami bias sosio-psikologis, seperti alasan kesamaan gender, keyakinan, etnis, pekerjaan, tingkat pendapatan, dan kedekatan dengan kandidat atau parpol. Dalam situasi tersebut, rasionalitas dibangun atas irasionalitas konteks sosial dan psikologis pemilih.
Keempat, rasional karena mengikuti arah pilihan kelompok (group-oriented voting). Individu mengikuti orientasi pilihan kelompok karena logika menjaga harmoni komunitas dan manfaat materi yang diterima kelompok (patronage).
Kesimpulannya, Pilwako Kota Jambi 2024 kehadiran pemilih rasional menjadi hal yang cukup mewarnai, bagaimana kelompok yang terdoktrin akan informasi akan menjadi kelompok besar dan menentukan. Menarik untuk melihat pertarungan tak kasat mata kelompok ini dengan kelompok emosional lainnya, akankah kinerja akan menang melawan pragmatisme.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: