BOGOR, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Sawit masih menjadi salah satu komoditas besar di Indonesia.
Perekonomian masyarakat Indonesiapun masih banyak yang bergantung pada komoditas sawit.
Bahkan hingga saat inipun sawit mejadi ekspor strategis Indonesia dengan sumbangan devisa ekspor mencapai USD 35 miliar atau lebih dari Rp530 triliun.
Hal itu diungkapkan Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki), Tofan Mahdi dalam kegiatan Talkshow GenSawit Corner Eps. 5.
BACA JUGA:Banjir di Desa Simbur Naik, Kabupaten Tanjab Timur Bisa Terjadi 2 Kali dalam Sehari
BACA JUGA:Tanggapi Protes Bos MNC Group Harry Tanoe, Mahfud MD : Silahkan Kalau Mau Gugat
Tofan mengatakan selain sebagai penyumbang devisa negara terbesar, sawit juga disebut sebagai industri yang mampu meningkatkan sektor tenaga kerja seperti dikutip dari JPNN.com
Karena itu, jumlah tenaga kerja langsung dan tidak langsung yang bergantung hidup kepada sektor industri sawit mencapai lebih dari 17 juta orang.
"Dalam kurun 15-20 tahun terakhir dalam pasar minyak nabati dunia, pangsa pasar sawit menjadi nomor satu mengalahkan komoditas minyak nabati yang dihasilkan oleh negara-negara di benua Amerika maupun Eropa," kata dia dalam keterangan tertulisnya, pada Jumat 4 November 2022.
Menurutnya selama minyak sawit masih menjadi nomor satu dalam persaingan pasar minyak nabati global, tudingan bahwa minyak sawit merusak lingkungan dan lain sebagainya itu akan selalu ada.
BACA JUGA:Segel 2 Indekos Dibuka, Kasat Pol PP Kota Jambi: Pengusaha Bayar Denda Rp100 Juta
BACA JUGA:Viral Undangan Pernikahan 1 Pria 2 Wanita di Sumsel, Netizen : The Real Sikok Bagi Duo
Berbagai upaya pun dilakukan oleh pemerintah maupun berbagai pihak dalam memastikan standar keberlanjutan dari industri sawit.
Menurut Tofan, hal itu diupayakan untuk menjaga standar dari tingkat produksi maupun memperkuat pernyataan bahwa seluruh perusahaan sawit memiliki sertifikasi dalam menjaga mutu perusahaannya.
Indonesia punya satu kebijakan yang sifatnya mandatori, yaitu Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) Certification dan itu bukan satu-satunya sertifikasi keberlanjutan," ujarnya.