“Ah, aku punya akal. Ayo kita semua berpura-pura mati. Dia pasti akan kecewa dan melepaskan kita,” usulnya kemudian.
Burung-burung parkit pun setuju. Mereka lalu berpura-pura mati sampai pemburu itu datang. Alangkah kecewanya pemburu itu melihat burung tangkapannya mati semua.
BACA JUGA:Telkomsel Salurkan 720 Hewan Kurban ke 46.000 Penerima Manfaat
BACA JUGA:Penyiapan Lokasi Sumur WB#18 SKK Migas-KKKS SMRD Terhenti, Rico: SMRD akan Tegas
Pemburu itu lalu membuka perangkapnya. Dia hendak memastikan apakah benar burung-burung itu mati. Namun, begitu perangkap terbuka, burung-burung itu segera terbang melarikan diri.
Malang bagi Raja Parkit, dia tertinggal di dalam perangkap. “Rupanya kalian membohongiku!” seru Pemburu marah. Raja Parkit lalu memohon agar Pemburu tak mencelakai teman-temannya.
Dia bersedia dipelihara oleh si Pemburu dan bernyanyi setiap hari. Si pemburu pun setuju. Dia membawa pulang Raja Parkit dan mengikat kakinya dengan tali yang cukup panjang pada sebilah kayu.
Raja Parkit masih bisa bebas beterbangan, tetapi tak bisa melarikan diri. Tiap hari, Raja Parkit menghibur si pemburu dengan bernyanyi.
BACA JUGA:Prakiraan Cuaca BMKG untuk Provinsi Jambi Hari Ini, Rabu 28 Juni 2023
Suara Raja Parkit yang merdu pun terdengar ke telinga Raja. Raja lalu meminta si pemburu untuk menyerahkan Raja Parkit.
Sebagai imbalan, Raja memberikan sekantong uang emas. Sekarang, Raja Parkit tinggal di istana. Dia diletakkan di sebuah sangkar emas yang indah.
Namun, Raja Parkit tak bahagia. Sangkar itu begitu sempit. Dia juga merindukan teman-temannya. Akhirnya, Raja Parkit jatuh sakit. Suara merdunya tak lagi terdengar.
Raja amat kecewa. “Dia sudah tua, sudah tak berguna lagi,” gerutu Raja, lalu dia membebaskan Raja Parkit. Raja Parkit terbang ke pucuk pohon yang paling tinggi.
BACA JUGA:Hanya Butuh Waktu 3 Hari, Pelaku Curanmor Berhasil Diringkus Polsek Sabak Timur
BACA JUGA:Tragis! Lagi Berburu Burung, Pekerja PT Kaswari Asal Kabupaten Tebo Diterkam Buaya di Tanjab Timur