"ATJ kecewa dengan sikap perusahaan batu bara ini," kata dia, belum lama ini. Menurutnya, awalnya saat dicapai kesepakatan, semua setuju bahwa iuran Rp50 ribu tersebut tidak dibebankan ke sopir.
BACA JUGA:Shio Perempuan yang Selalu Menarik Perhatian Pasangan
BACA JUGA:Bongkar Kasus Korupsi Jalan Padang Lamo Tebo, Jaksa Garap Pejabat ULP Dinas PUPR Provinsi Jambi
"Bahkan beberapa sudah menaikkan harga. Seharusnya sopir tidak dibebankan," kata Karyadi.
Iuran tersebut lanjutnya, salah satunya digunakan untuk membiayai satgas yang disebar di sepanjang jalan yang dilalui angkutan batu bara.
Hasilnya menurut Karyadi, memang sejauh ini lalu lintas angkutan batu bara sudah cukup kondusif. "Satgas selalu siaga di lapangan," kata dia.
Nah belakangan, ternyata ada perusahaan batu bara yang tidak mengikuti kesepakatan awal.
BACA JUGA:Kim Jong Un Tiba-Tiba Memecat Jenderal Tertinggi Korea Utara, Ini Alasannya
BACA JUGA:5 Shio Pintar Lihat Peluang Bisnis, Cuan Mengalir Tiap Hari, Usaha Lancar Jaya
"Mungkin karena sekarang jalan sudah lancar, mereka (perusahaan batu bara) keenakan, dan jadi pura-pura tidak tahu," kata Karyadi.
Hitung-hitungan dia, tak sampai 10 perusahaan batu bara yang hingga kini masih menaati kesepakatan awal. "Jadi wajar saja kalau sopir menjerit. Wajar saja kalau masalah batu bara di Jambi ini tidak pernah beres," katanya kesal.
Untuk itu kata Karyadi, mulai malam ini ATJ akan menarik satgas mereka dari lapangan. "Kita tidak bisa lagi membiayai teman-teman satgas di lapangan. Jadi kita tarik mereka dari jalan," kata dia.
Dia mengultimatum, jika terjadi keributan atau kemacetan di jalanna, ATJ tak lagi bertanggungjawab.
BACA JUGA:Pinto Jayanegara Minta Kekurangan Listrik di Jambi Segera Ditindaklanjuti
BACA JUGA:Beberapa Siswa Siap Harumkan Nama Kabupaten Tanjab Timur di Tingkat Nasional
Untuk diketahui, ATJ sudah mengeluarkan kartu Simpangbara Mobile, bagi angkutan batu bara. Kartu Simpangbara Mobile ini merupakan salah satu produk ATJ yang diyakini bisa menjadi solusi untuk semua.